Tuesday, 18 January 2011

Pangeran yang Tidak Pernah Bahagia

Tatkala, di suatu negeri, terdapatlah sebuah kerajaan yang adil dan makmur. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana beserta dengan ratunya. Suatu ketika, anak dari sang raja akan lahir. Sang raja sangat senang begitu mendengar kabar bahwa calon pewaris tahtanya akan segera lahir. Sampai akhirnya, waktu kelahiran sang pangeran pun tiba. Sang raja dan ratu sangat senang dengan kelahiran sang pangeran tersebut.

Waktu pun terus berjalan hingga sang pangeran pun mulai tumbuh. Sang pangeran hidup dalam penuh kemewahan dan kemanjaan. Pangeran selalu dimanja dengan berbagai kesenangan, kebahagiaan, dan semua permintaannya selalu terpenuhi. Banyak orang yang sangat iri dan ingin sekali menjadi seperti pangeran. Namun, sang pangeran tersebut tidak pernah menemukan kebahagiaannya.

Sampai suatu ketika, sang pangeran memutuskan untuk dibuatkan sebuah istana untuk dia tinggal sendiri karena dia akan merasa lebih nyaman bila tinggal sendiri. Tidak lama setelah diajukkannya permintaan tersebut, istana tersebut langsung jadi dan pangeran tinggal sendiri di dalamnya. Awalnya, Sang pangeran merasa sangat senang sekali dan seakan menemukan surganya. Namun, seiring berjalannya waktu, sang pangeran merasa kesepian dan mulai menderita dan kembali kehilangan kebahagiaannya. Sang pangeran pun memutuskan untuk kembali ke istananya.

Saat kembali ke istananya, sang pangeran kembali bahagia karena dia rindu akan suasana ini. Namun, tak berapa lama dia kembali jenuh dengan keadaan ini dan ingin kembali ke istannya yang sepi. Sang pangeran pun kembali ke istananya yang sepi dan tak lama dia pun jenuh kembali. Begitulah seterusnya sampai setahun berlalu.

Sang pangeran memasuki masa remaja dan akan segera menentukan seorang wanita untuk dijadikan permaisuri. Pada awalnya, sang pangeran meerasa senang karena dia akan menemukan seorang permaisuri. sampai akhirnya, ia pun menemukan permaisurinya dan menikahinya. Pada awalnya, hubungan mereka terasa sangat menyenangkan. Namun, Setelah berjalan beberapa tahun, mereka tampak jenuh dan hubungan mereka mulai retak. sang pangeran pun kembali kehilangan kebahgiannya.

Waktu pun kembali berjalan, dan sang pangeran yang hidup dalam kemewahan dan kemanjaan, kini harus meenggantikan posisi ayahnya sebagai raja. Pada awalnya, ia merasa sangat senang karena dia akan memimpin sebuah kerajaan. Namun, setelah beberapa memimpin, dia merasa pusing dengan urusan negara dan semua menjadi terbengkalai. Dia menjadi raja yang sangat egois karena selama ini ia selalu hidup dalam kemanjaan.

dan kini, ia telah mendapatkan seorang putra. Awalnya, dia sangat senang sekali melihat buah hatinya yang lucu. Namun, semakin lama melihat putranya yasng semakin nakal, dia menjadi sangat pusing dan kembali menderita.

Sampai akhirnya, dia menjadi tua dan akan turun tahta. Dia bahagia karena tidak perlu lagi mengurus negara yang ribet. namun, kebahagiaan itu kembali tak berlangsung lama karena dia menjadi sakit-sakitan. Di akhir hidupnya, ia melihat seorang anak pengemis yang cacat, namun di wajah mereka tampak senyum yang berbibar-binar.

Sesaat, sang pangeran tersadar bahwa selama ini ia tidak pernah bersyukur dengan apa yang telah dia punya bila dibandingkan pengemis itu. Namun setelah itu sang pangeran langsung mnghembusakn nafas terakhirnya.

Pesan : Syukurilah apa yang sudah kau punyai sekarang, karena masih banyak orang yang jauh lebih sulit dibaandingkan anda. Dan jangan sombong dengan apa yang kita punya karena itu hanya sementara dan masih banyak orang yang jauh lebih hebat dibanding kita. Oleh karena itu, hiduplah dengan seimbang. 


Selain itu, kebahagiaan itu tidak berasal dari tempat dimana kita tinggal, tempat dimana kita berada, hari, tanggal, ataupun yang lainnya. Melainkan kebahagiaan itu berasal dari dalam diri kita sendiri yaitu dengan cara mensyukuri segala sesuatunya. Ingat lah "Dimana pun , kapan pun kamu berada, dan bagaimanapun situasinya, di situ lah kita bahagia. 



No comments:

Post a Comment