Wednesday, 12 January 2011

Cerita tentang ember

Tatkala di suatu desa, hiduplah seorang petani. Setiap hari, ia selalu mengangkut air dari gunung hingga ke sawahnya dengan 2 buah ember yang dipikulnya. Semua berlangsung baik, sampai suatu ketika kecelakaan terjadi. Petani yang kelelahan itu, tidak sengaja menginjak sebuah lubang yang ada di sisi kirinya. Sehingga ia pun terjatuh beserta dengan embernya. Kecelakaan itu pun membuat ember yang sebelah kiri menjadi bocor. Setelah kejadian itu, ember kiri pun bersedih karena bocornya. petani menjadi rugi karena setengah dari airnya pasti jatuh dan tidak bisa dibawa ke sawah. Sampai suatu ketika, ember kiri pun menjdai sedih dan murung setiap harinya. Sampai suatu ketika, si petani melihat raut kesedihan dar isi ember kiri itu. Lalu si petani bertanya kepada si ember, "wahai ember, mengapa akhir-akhir ini kulihat wajahmu murung terus?" Lalu si ember pun menjawab, "Aku sedih karena aku tidak bisa memberikan yang terbaik untukmu. Karena kecacatanku, kamu pasti rugi karena setengah dari air yang kubawa pasti akan tumpah dan tidak terbawa ke sawah." Lalu petani itu pun menjawab, "baiklah besok saat kita mengambil air akan kutunjukan sesuatu padamu." Keesokan harinya, saat mereka turun gunung, si petani menyuruh si ember kiri untuk melihat ke arah jalan. Petani itu pun berkata, "wahai ember, apakah kau melihat tanaman yang tumbuh di sisi jalan?" Lalu si ember pun menjawab, "Iya aku melihatnya. Namun, mengapa yang tumbuh hanya di sisi kiri saja?" Lalu si petani itu pun menjawab lagi, "Tanaman itu bisa tumbuh karena dirimu. Tahukah kamu bahwa selama ini aku menaruh bibit bunga di sebelah kiri jalan. Air yang tumpah darimu itu telah mengairi tanaman itu sehingga bisa tumbuh."

Pesan : Bersyukurlah atas apa yang sudah kita punya sekarang ini, karena masih banyak orang yang jauh lebih bawah dibanding kita. Selain itu, janganlah menggap remeh pada kekurangan kita maupun kekurangan orang lain. Karena dari kekurangan itu, kita bisa mengambil hikmah dan manfaat yang kita tidak pernah tahu itu.

No comments: