Cerita ini adalah kisah nyata dari seorang mahasiswa di Tionghua yang bernama Hsiau-Fei. Hsiau fei adalah seorang mahasiswa yang sebentar lagi akan diwisuda. Dia sangat mendambakan akan hadiah wisuda dari ayahnya, seorang pengusaha kaya yang sangat menyayanginya sebagai anak satu-satunya. Hsiau-fei selama berhari-hari telah membayangkan akan mengendarai mobil BMW idamannya sambil bersenang-senang dengan temannya.
Saat yang dinantikan pun tiba, yang mana setelah diwisuda, dengan langkah penuh keyakinan Hsiau-Fei melangkah menemui ayahnya yang tersenyum sambil berlinang air mata menyampaikan betapa dia kagum akan anak satu-satunya dan sungguh dia mencintainya. Ayahnya kemudian mengeluarkan sebuah kado yang dibungkus rapi, dan sungguh hal ini membuat Hsiau-Fei terpukul karena bukanlah kunci mobil BMW melainkan sebuah kitab Buddha Vacana yang terjilid rai bertuliskan emas nama Hsiau-Fei disampul depannya. Hancur sekali hati Hsiau-Fei. Dia membanting kitab tersebut sambil berteriak, "Apakah ini cara ayah mencintai saya? Padahal dengan uang ayah yang banyak, tidaklah sulkit untuk membelikan hadiah yang memang telah ayah ketahui sudah lama saya idamkan." Kemudian, Hsiau-Fei tanpa meilhat reaksi ayahnya lagi, berlari kecang meninggalkannya dan bersumpah tidak akan menemuinya lagi.
Hari, bulan,dan tahun pun berganti. Hsiau-Fei yang telah pindah di kota lain akhirnya berhasil menjadi seorang pengusaha sukses karena bermodalkan otaknya yang cemerlang. Selain memiliki mobil dan rumah yang mewah, dia juga telah berkeluarga dan mmiliki 3 anak. Sementara ayahnya sudah pensiun dan semakin tua serta tinggal sendirian. Ayahnya selalu menanti kedatangan Hsiau-Fei sejak hari wisuda tersebut, dengan satu harapan hanya untuk menyampaikan betapa cintanya dia kepada Hsiau-Fei. Hsiau-Fei pun juga terkadang rindu kepada ayahnya. Namun, apabila ia mengingat kejadian hari wisuda tesebut, dia pun menjadi marah kembali dan merasa sakit hati atas hadiah kitab dari ayahnya.
Sampai suatu hari, datanglah telegram dari tetangga ayahnya yang memberitahukan bahwa ayahnya telah meninggal dunia, dan sebelum meninggal dia telah meninggalkan surat wasiat kepada Hsiau-Fei dimana semua hartanya akan diwariskan kepadanya. Akhirnya Hsiau-Fei pulang untuk mengurus harta peninggalan ayahnya.
Memasuki halaman rumahnya, timbullah rasa penyesalan yang menyebabkannya sedih sekali memikirkan sikap ketidaksabarannya, khususnya saat wisuda. Hsiau-Fei merasa sangat menyesal telah menolak ayahnya. Dengan langkah berat dia memasuki rumah dan satu per satu perabot diperhatikannya yang mengingatkannya akan akan semua kenangan indah tinggal bersama ayahnya. Dengan kunci wasiat yang diterimanya, dia membuka brankas besi ayahnya dan menemukan kitab Buddha Vacana dengan ukiran emas namanya, hadiah dari wisuda.
Dia mulai membuka halaman kitab tersebut dan menemukan tulisan ayahnya di halaman depan. "dengan segala kejahatan yang telah kamu lakukan selama hidupmu, tetapi kamu tahu memberikan yang terbaik untuk anakmu, sungguh para buddha dan bodhisatva akan terguncang dengan perbuatanmu." Tanpa sengaja, tiba-tiba dari sampul kitab tersebut jatuh sebuah kunci mobil BMW dan kwitansi pembelian mobil yang tanggalnya persis satu bulan sebelum tanggal wisuda Hsiau-Fei.
Hsiau-Fei terpaku tanpa bisa bersuara. dengan sisa tenaga yang masih ada, Hsiau-Fei segera berlari ke garasi dan menemukan sebuah mobil BMW yang telah berlapiskan debu tetapi masih jelas seklai mobil itu belum pernah disentuh sama sekali karena jok mobilnya masih terbungkus plastik. Di depan kemudi terpampang foto ayahnya yang tersenyum bangga. Tiba-tiba lemaslah seluruh tubuhnya, dan air matanya tanpa terasa terus mengalir tanpa dapat ditahannya. Suatu penyesalan mendalam atas ketidaksabarannya sendiri. Suatu penyesalan tak mungkin berakhir.
Pesan : Janganlah terburu-buru dalam mengambil suatu keputusan, karena kita tidak dapat memutar waktu. Oleh karena itu, pikirkan matang-matang suatu keputusan yang akan kita ambil agar kelak kita tidak menyesal seumur hidup.
Selain itu, bersyukurlah atas segala sesuatu karena setiap hal atau apapun pasti ada hikmah yang dapat kita syukuri walapun itu buruk sekalipun. Dan selalulah berpuas diri dan bersyukur dengan apapun yang kita punya. karena masih banyak orang yang jauh lebih sulit daripada kita.
Satu lagi, berbaktilah pada orang tua sebelum mereka meninggalkan kita karena kita tidak pernah tahu kapan orang tua kita akan meninggal dan sebelum mereka meninggal, alangkah baiknya jika kita dapat membahagiakan mereka.
Saturday, 15 January 2011
Maafkan Aku Ayah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment