Ini adalah sebuah cerita singkat yang memiliki makna yang cukup dalam bila kita mau untuk menelusurimya. Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pangeran dari sebuah kerajaan besar di tiongkok. Sang pangeran muda dikenal sebagai sosok yang sangat sombong, arogant, egois, dan semua kebiasaan buruknya. Ayah dan ibu pangeran sudah sering menasihati pangeran untuk mengubah perilaku buruknya, namun tetap saja pangeran tidak menggubrisnya, dan tetap memelihara kebiasaan lamanya.
Suatu ketika, atas saran dari penasihat raja, raja meminta pangeran pergi mengunjungi seorang guru bijak yang tinggi di pelosok negeri itu. Raja sangat berharap, sang guru dapat menyembuhkan penyakit pangeran yang sudah sampai tahap kronis.
Guru bijak ini sangat terkenal di seluruh penjuru negeri. Bahkan para nyamuk pun terpukau dengan nasihat-nasihat yang diberikan guru bijak ini kepada pasien yang berkunjung. Motivasi yang diberikan sang guru bukanlah sembarang motivasi, tapi motivasi yang bisa membakar seseorang yang putus asa menjadi percaya diri.
Pangeran akan diberikan hadiah menarik apabila bersedia mngunjungi sang guru untuk belajar kepadanya. Setelah dibujuk dan diimingi berbagai hadiah menarik, akhirnya pangeran setuju untuk berkunjung ke rumah sang guru.
Setelah menempuh perjalanan selama 3 hari, sampailah pangeran di pondok sang guru. Tanpa permisi, pangeran langsung masuk ke dalam pondok. Di dalam, tampak sang guru sedang duduk bersila menikmati secangkir teh hangat. Dengan ramah, sang guru mempersilahkan pangeran muda untuk duduk dan menikmati teh. Setelah duduk, dengan angkuhnya pangeran bertanya kepada sang guru, "Hei, pak tua apa yang bisa kau ajarkan padaku? Aku adalah pangeran yang pintar dan cerdas, aku rasa kau tidak bisa menandingi kepandaianku!"
Sang guru tetap tenang dan menikmati teh hangatnya. Kemudian sang guru berkata kepada pangeran, "Baiklah aku akan mengajarkan satu hal tentang kerendahan hati kepadamu." Sang guru menuangkan teh panas ke dalam cangkir kosong yang berada di depan pangeran. Setengah, lalu satu cangkir telah penuh terisi, namun sang guru terus menuangkan teh ke dalam cangkir yang sudah penuh itu. Tuang terus, terus, terus ... Hingga teh itu luber dan membasahi meja dan tangan pangeran.
"Hei, stop! Jangan tuang lagi tehnya, cangkirnya sudah penuh!" Selanjutnya,kata-kata dari sang guru seakan menghantam pangeran muda ini. Sang guru mengatakan, "cangkir penuh ini melambangkan anda, Pangeran. Ketika anda merasa cangkir anda telah penuh terisi, maka kata-kata apa pun yang saya ajarkan tidak akan berguna, karena anda tidak membuka diri untuk belajar."
Wajah pangeran muda mendadak jadi merah karena malu. Seakan tamparan keras menghantam pipi kiri dan kananya. Selanjutnya sang guru berkata lagi, "jika memang anda ingin belajar, marilah anda mengosongkan cangkir yang ada di pikiran anda, supaya kita dapat sama-sama belajar." Pangeran mengangguk tanda setuju.
Pesan : Segala sesuatu bisa menjadi guru kita, apabila kita dengan rendah hati mencoba menjadi murid yang baik bagi siapapun. Kita bisa belajar dari siapapun, kapan pun, dan dimana pun. Guru-guru tidak harus orang yang lebih tua, lebih bijak, ataupun orang-orang yang lebih sukses dari kita. Akan tetapi, semua makhluk, bahkan benda mati bisa menjadi guru kita.
Kata Mutiara : "When you stop learning, you stop growing and begin dying" ~Ancient Proverb
(Ketika anda berhenti belajar, anda berhenti bekembang dan memulai kematian)
Maka dari itu, jangan pernah berhenti untuk belajar :D
Wednesday, 12 January 2011
Gelas Bocor
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment