Thursday, 27 January 2011

Dewi Keberuntungan dan Dewi Kesialan

Tatkala di sebuah desa. hiduplah seorang pemuda yang tinggal di sebuah gubuk di pinggir desa. Dia nmerasa kesepian. Selain itu, setiap harinya ia hanya hidup dengan mengumpulkan kayu bakar dan menjualnya ke pasar. Penghasilan dari ia mengumpulkan kayu bakar hanya cukup untuk membeli makan sehari dua kali. Oleh karena itu, ia mencoba menanam jagung dan menjualnya ke pasar.

Namun, penghasilan dari menjual jagung itu pun juga tidak terlalu besar. Hanya cukup untuk makan dan hidup sangat sederhana saja. Pemuda ini pun merasa cukup menderita karena hidupnya sungguh sulit.

Sampai suatu ketika, di suatu malam datanglah seorang wanita cantik dengan busana yang sangat indah. Pemuda itu pun terkesima melihat wanita cantik itu. Langsung pemuda itu bertanya kepada wanita cantik itu, "Hai wanita cantik, siapakah gerangan dirimu, mengapa di malam gelap ini kau sendirian dan ada di depan rumahku?" Lalu si wanita itu pun menjawab demikian, "Aku adalah dewi keberuntungan. Aku akan membawa keberuntungan dalam hidupmu. Apakah kau akan mengijinkanku masuk ke dalam?" Lalu tanpa berpikir panjang si pemuda itu pun mengijinkan wanita cantik itu masuk ke rumahnya.

Hari demi hari pun berlalu, hidup si pemuda pun mulai berubah. Dia menjadi orang yang paling beruntung. Hasil pengumpulan kayunya dijual dengan harga yang sangat tinggi sehingga pemuda tersebut bisa membeli apa saja yang ia mau. Hidupnya pun mulai berubah. Namun, lama kelamaan ia pun menjadi sombong. ia menjadi pelit dan tidak lagi ingin bekerja. Setiap harinya, ia hanya menikmati apa yang sudah ia dapat.

Sampai suatu malam, pemuda tersebut mendengar suara pintunya diketuk. Lalu pemuda itu pun bergegas keluar, dan alangkah terkejutnya pemuda tersebut melihat seorang nenek tua yang sudah sangat buruk rupa dan bajunya sangat kumal dan jelek. Lalu si pemuda tersebut pun bertanya, "Wahai nenek tua, ada apa gerangan nenek datang ke rumah saya malam-malam begini?" Lalu nenek tua tersebut pun menjawab, "Aku adalah dewi kesialan. Aku akan membawa: kesialan dalam hidupmu. Ijinkanlah aku masuk ke dalam rumahmu." tanpa berkata apa-apa lagi, pemuda tersebut langsung secepat mungkin menutup pintu. Namun, seketika wanita cantik yang ada di dalam rumah pemuda tersebut keluar dan berkata, "Wahai pemuda, Bukakanlah pintu untuk nenek tua tersebut. Dia adalah saudara kembarku. Kami adalah satu paket. Dimana ada aku pasti harus ada saudara kembarku. Kami tidak bisa terpisah. dan kamu pun harus menanggung akibat karena selama ini kamu hanya menikmati keberuntungan yang kau dapat dariku tanpa mau berusaha untuk mendapatkan keberuntungan itu lagi. dan inilah hukuman bagimu karena kamu sudah pelit dan malas."

Semenjak kedatangan nenek tua itu dirumah pemuda tersebut, hidup pemuda itu pun kembali seperti biasa lagi. Ia harus berjuang seperti biasa lagi dan tidak bisa menikmati kebahagiannya lagi.

Pesan : Keberuntungan dan kesialan adalah satu paket, sehingga kita tidak bisa hanya ingin keberuntungan terus. Yang namanya keberuntungan atau kesialan itu sendiri tidak berasal dari faktor-faktor apapun seperti orang, tempat atau apapun melainkan berasal dari pikiran kita sendiri. 


Keberuntungan dan kebahagiaan itu bisa ada dimana saja, tinggal bagaimana kita memaknai semua itu. 


Selain itu, saat kita sedang menderita, ingatlah semua itu akan berlalu dan akan berganti kebahagiaan sehingga janganlah terlalu terpuruk atas penderitaan itu. Sedangkan saat kita bahagia, ingatlah kembali semua itu akan berlalu dan akan berganti kembali dengan penderitaan. Oleh karena itu, janganlah malas dan hanya menikmati kebahagiaan itu saja, namun berusahalah untuk tetap dapat mempertahankan kebahagiaan itu karena semua di dunia itu tidak kekal dan dunia pasti berputar. 


Selain itu, janganlah merasa sombong dengan segala kelebihan kita karena Di Atas Langit Masih Ada Langit, Di atas kita masih ada orang yang jauh lebih hebat dari kita. Sedangkan jangan merasa malu atau minder dengan segala kekurangan kita karena Di Bawah Tanah Masih Ada Tanah, Di bawah kita masih banyak orang yang jauh lebih menderita dari kita. Oleh karena itu bersyukurlah dengan segala yang sudah kita punya.






Read more...

Tuesday, 18 January 2011

Pangeran yang Tidak Pernah Bahagia

Tatkala, di suatu negeri, terdapatlah sebuah kerajaan yang adil dan makmur. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana beserta dengan ratunya. Suatu ketika, anak dari sang raja akan lahir. Sang raja sangat senang begitu mendengar kabar bahwa calon pewaris tahtanya akan segera lahir. Sampai akhirnya, waktu kelahiran sang pangeran pun tiba. Sang raja dan ratu sangat senang dengan kelahiran sang pangeran tersebut.

Waktu pun terus berjalan hingga sang pangeran pun mulai tumbuh. Sang pangeran hidup dalam penuh kemewahan dan kemanjaan. Pangeran selalu dimanja dengan berbagai kesenangan, kebahagiaan, dan semua permintaannya selalu terpenuhi. Banyak orang yang sangat iri dan ingin sekali menjadi seperti pangeran. Namun, sang pangeran tersebut tidak pernah menemukan kebahagiaannya.

Sampai suatu ketika, sang pangeran memutuskan untuk dibuatkan sebuah istana untuk dia tinggal sendiri karena dia akan merasa lebih nyaman bila tinggal sendiri. Tidak lama setelah diajukkannya permintaan tersebut, istana tersebut langsung jadi dan pangeran tinggal sendiri di dalamnya. Awalnya, Sang pangeran merasa sangat senang sekali dan seakan menemukan surganya. Namun, seiring berjalannya waktu, sang pangeran merasa kesepian dan mulai menderita dan kembali kehilangan kebahagiaannya. Sang pangeran pun memutuskan untuk kembali ke istananya.

Saat kembali ke istananya, sang pangeran kembali bahagia karena dia rindu akan suasana ini. Namun, tak berapa lama dia kembali jenuh dengan keadaan ini dan ingin kembali ke istannya yang sepi. Sang pangeran pun kembali ke istananya yang sepi dan tak lama dia pun jenuh kembali. Begitulah seterusnya sampai setahun berlalu.

Sang pangeran memasuki masa remaja dan akan segera menentukan seorang wanita untuk dijadikan permaisuri. Pada awalnya, sang pangeran meerasa senang karena dia akan menemukan seorang permaisuri. sampai akhirnya, ia pun menemukan permaisurinya dan menikahinya. Pada awalnya, hubungan mereka terasa sangat menyenangkan. Namun, Setelah berjalan beberapa tahun, mereka tampak jenuh dan hubungan mereka mulai retak. sang pangeran pun kembali kehilangan kebahgiannya.

Waktu pun kembali berjalan, dan sang pangeran yang hidup dalam kemewahan dan kemanjaan, kini harus meenggantikan posisi ayahnya sebagai raja. Pada awalnya, ia merasa sangat senang karena dia akan memimpin sebuah kerajaan. Namun, setelah beberapa memimpin, dia merasa pusing dengan urusan negara dan semua menjadi terbengkalai. Dia menjadi raja yang sangat egois karena selama ini ia selalu hidup dalam kemanjaan.

dan kini, ia telah mendapatkan seorang putra. Awalnya, dia sangat senang sekali melihat buah hatinya yang lucu. Namun, semakin lama melihat putranya yasng semakin nakal, dia menjadi sangat pusing dan kembali menderita.

Sampai akhirnya, dia menjadi tua dan akan turun tahta. Dia bahagia karena tidak perlu lagi mengurus negara yang ribet. namun, kebahagiaan itu kembali tak berlangsung lama karena dia menjadi sakit-sakitan. Di akhir hidupnya, ia melihat seorang anak pengemis yang cacat, namun di wajah mereka tampak senyum yang berbibar-binar.

Sesaat, sang pangeran tersadar bahwa selama ini ia tidak pernah bersyukur dengan apa yang telah dia punya bila dibandingkan pengemis itu. Namun setelah itu sang pangeran langsung mnghembusakn nafas terakhirnya.

Pesan : Syukurilah apa yang sudah kau punyai sekarang, karena masih banyak orang yang jauh lebih sulit dibaandingkan anda. Dan jangan sombong dengan apa yang kita punya karena itu hanya sementara dan masih banyak orang yang jauh lebih hebat dibanding kita. Oleh karena itu, hiduplah dengan seimbang. 


Selain itu, kebahagiaan itu tidak berasal dari tempat dimana kita tinggal, tempat dimana kita berada, hari, tanggal, ataupun yang lainnya. Melainkan kebahagiaan itu berasal dari dalam diri kita sendiri yaitu dengan cara mensyukuri segala sesuatunya. Ingat lah "Dimana pun , kapan pun kamu berada, dan bagaimanapun situasinya, di situ lah kita bahagia. 




Read more...

Saturday, 15 January 2011

Maafkan Aku Ayah

Cerita ini adalah kisah nyata dari seorang mahasiswa di Tionghua yang bernama Hsiau-Fei. Hsiau fei adalah seorang mahasiswa yang sebentar lagi akan diwisuda. Dia sangat mendambakan akan hadiah wisuda dari ayahnya, seorang pengusaha kaya yang sangat menyayanginya sebagai anak satu-satunya. Hsiau-fei selama berhari-hari telah membayangkan akan mengendarai mobil BMW idamannya sambil bersenang-senang dengan temannya.

Saat yang dinantikan pun tiba, yang mana setelah diwisuda, dengan langkah penuh keyakinan Hsiau-Fei melangkah menemui ayahnya yang tersenyum sambil berlinang air mata menyampaikan betapa dia kagum akan anak satu-satunya dan sungguh dia mencintainya. Ayahnya kemudian mengeluarkan sebuah kado yang dibungkus rapi, dan sungguh hal ini membuat Hsiau-Fei terpukul karena bukanlah kunci mobil BMW melainkan sebuah kitab Buddha Vacana yang terjilid rai bertuliskan emas nama Hsiau-Fei disampul depannya. Hancur sekali hati Hsiau-Fei. Dia membanting kitab tersebut sambil berteriak, "Apakah ini cara ayah mencintai saya? Padahal dengan uang ayah yang banyak, tidaklah sulkit untuk membelikan hadiah yang memang telah ayah ketahui sudah lama saya idamkan." Kemudian, Hsiau-Fei tanpa meilhat reaksi ayahnya lagi, berlari kecang meninggalkannya dan bersumpah tidak akan menemuinya lagi.

Hari, bulan,dan tahun pun berganti. Hsiau-Fei yang telah pindah di kota lain akhirnya berhasil menjadi seorang pengusaha sukses karena bermodalkan otaknya yang cemerlang. Selain memiliki mobil dan rumah yang mewah, dia juga telah berkeluarga dan mmiliki 3 anak. Sementara ayahnya sudah pensiun dan semakin tua serta tinggal sendirian. Ayahnya selalu menanti kedatangan Hsiau-Fei sejak hari wisuda tersebut, dengan satu harapan hanya untuk menyampaikan betapa cintanya dia kepada Hsiau-Fei. Hsiau-Fei pun juga terkadang rindu kepada ayahnya. Namun, apabila ia mengingat kejadian hari wisuda tesebut, dia pun menjadi marah kembali dan merasa sakit hati atas hadiah kitab dari ayahnya.

Sampai suatu hari, datanglah telegram dari tetangga ayahnya yang memberitahukan bahwa ayahnya telah meninggal dunia, dan sebelum meninggal dia telah meninggalkan surat wasiat kepada Hsiau-Fei dimana semua hartanya akan diwariskan kepadanya. Akhirnya Hsiau-Fei pulang untuk mengurus harta peninggalan ayahnya.

Memasuki halaman rumahnya, timbullah rasa penyesalan yang menyebabkannya sedih sekali memikirkan sikap ketidaksabarannya, khususnya saat wisuda. Hsiau-Fei merasa sangat menyesal telah menolak ayahnya. Dengan langkah berat dia memasuki rumah dan satu per satu perabot diperhatikannya yang mengingatkannya akan akan semua kenangan indah tinggal bersama ayahnya. Dengan kunci wasiat yang diterimanya, dia membuka brankas besi ayahnya dan menemukan kitab Buddha Vacana dengan ukiran emas namanya, hadiah dari wisuda.

Dia mulai membuka halaman kitab tersebut dan menemukan tulisan ayahnya di halaman depan. "dengan segala kejahatan yang telah kamu lakukan selama hidupmu, tetapi kamu tahu memberikan yang terbaik untuk anakmu, sungguh para buddha dan bodhisatva akan terguncang dengan perbuatanmu." Tanpa sengaja, tiba-tiba dari sampul kitab tersebut jatuh sebuah kunci mobil BMW dan kwitansi pembelian mobil yang tanggalnya persis satu bulan sebelum tanggal wisuda Hsiau-Fei.

Hsiau-Fei terpaku tanpa bisa bersuara. dengan sisa tenaga yang masih ada, Hsiau-Fei segera berlari ke garasi dan menemukan sebuah mobil BMW yang telah berlapiskan debu tetapi masih jelas seklai mobil itu belum pernah disentuh sama sekali karena jok mobilnya masih terbungkus plastik. Di depan kemudi terpampang foto ayahnya yang tersenyum bangga. Tiba-tiba lemaslah seluruh tubuhnya, dan air matanya tanpa terasa terus mengalir tanpa dapat ditahannya. Suatu penyesalan mendalam atas ketidaksabarannya sendiri. Suatu penyesalan tak mungkin berakhir.

Pesan : Janganlah terburu-buru dalam mengambil suatu keputusan, karena kita tidak dapat memutar waktu. Oleh karena itu, pikirkan matang-matang suatu keputusan yang akan kita ambil agar kelak kita tidak menyesal seumur hidup.


Selain itu, bersyukurlah atas segala sesuatu karena setiap hal atau apapun pasti ada hikmah yang dapat kita syukuri walapun itu buruk sekalipun. Dan selalulah berpuas diri dan bersyukur dengan apapun yang kita punya. karena masih banyak orang yang jauh lebih sulit daripada kita. 


Satu lagi, berbaktilah pada orang tua sebelum mereka meninggalkan kita karena kita tidak pernah tahu kapan orang tua kita akan meninggal dan sebelum mereka meninggal, alangkah baiknya jika kita dapat membahagiakan mereka. 




Read more...

Friday, 14 January 2011

Man Behind the Pencil

Cerita ini saya kutip dari buku "NASI BASI" karangan "Vidi Yulius Sunandar" terbitan "Ehipassiko Foundation Group." Saya mengutip cerita ini karena cerita ini menurut saya memiliki makna yang cukup dalam untuk kita pahami.

Suatu ketika, penulis sedang berbincang-bincang dengan sahabatnya yang kebetulan satu kelas dengan si penulis. Tiba-tiba, mereka membicarakan si pak dosen yang bijak ini.

Ketika itu saat sedang menggambar, Teman dari sang penulis itu menggambar dengan menggunakan pensil yang sudah sangat pendek sekali. Saking pendeknya, pensilnya seakan mengintip dari balik jari-jarinya. Kemudian dosen saya menghampiri sahabat saya ini, dan menanyakan mengapa pensilnya tidak diganti, kan sudah tidak layak pakai. Kemudian temannya itu menjawab, "Iya pak,  habis cuma ini pensil yang saya punya."

Pak dosen memberikan senyum manisnya kepada sahabat saya ini. Dengan bijak beliau mengatakan hal ini, "Hmm, tidak penting sebagus apa pensil yang ada, tapi yang terpenting adalah siapa yang menggunakannya!" Dengan wajah terbengong, sahabat sang penulis ini mencoba mengartikan maksud dari dosennya. Sebelum sahabat sang penulis itu kebingungan, dosen tersebut langsung menambahkan kalimatnya, "Ya, seburuk apa  pun pensil yang digunakan, tapi kalau yang menggunakan Leonardo Da Vinci atau Michaelangelo, pensil itu tetap dapat menghasilkan karya yang indah. Yang terpenting adalah orang yang menggunakannya.

Selain itu, pernah di lain waktu, ketika awal kelas gambar mereka, banyak sekali orang yang sulit untuk memindahkan gambar yang dilihat sama perssis ke dalam kertas gambar. Mereka pun mengeluh kepada dosen dan dosen itu pun berkata, "Jangan bilang gak bisa, tapi belum bisa!" Memang kata-kata itu mempengaruhi secara sadar atau tidak, tapi faktanya kata-kata itu memang mempengaruhi.

Pesan : Jangan pernah merasa malu atas apa yang kita punya, karena sejelek apapun barang atau apapun yang kita punya, yang penting kita masih memiliki daripada orang yang sama sekali tidak memiliki. Selain itu, kita juga gak boleh ngenilai orang rendah cuma dari luar ato apaun yang dia punya, karena kita tidak pernah tahu hal lain yang dimilikinya. 


Selain itu, jangan pernah berkata kalau kita tidak bisa, apalagi sebelum kita mencobanya. Alangkah baiknya jika kita menggunakan kata-kata saya belum bisa. Karena secara tidak langsung alam bawah sadar kita akan menangkapnya sebagai suatu segesti positif. 




Read more...

Segelas Susu Hangat

Di sebuah desa, hiduplah sepasang suami istri yang hidup bahagia. Sampai suatu ketika, mereka dikaruniai seorang putri. Sang ibu begitu sangat menyayangi putrinya tersebut. Bagi sang ibu, putri ini harus selalu bahagia, mendapat makanan yang cukup dan hidupnya selalu bahagia. Bahkan ketika putrinya itu sakit, sang ibu akan 24 jam selalu menjaga anaknya itu.

Setiap hari, putrinya itu selalu bermain bersama dengan ibunya. Mereka bercanda, tertawa, sambil sang ibu mengajarkan hal-hal yang dianggap perlu untuk diajarkan ke putrinya tersebut. Waktu terus berjalan hingga sang putri beranjak remaja. Saat remaja, sang putri lebih sering menghabiskan waktu berjalan dengam teman-temannya. Putrinya itu selalu pulang malam, cara berpakaian yang kurang sopan, berbicara semakin kasar, dan hal itupun membuat sang ibu makin hari makin sedih melihat tingkah anaknya tersebut.

Waktu pun berlalu dan sang putri sudah memasuki masa kuliah. Sang putri pun kuliah ke luar kota sehingga berpisah dengan sang ibu. Sang ibu setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik selalu memikirkan kabar anaknya. Ia selalu berpikir, "Apakah anakku baik-baik saja disana?" lalu "Apakah disana dia bisa tidur nyenyak?" "Apakah disana dia cukup makan?" Dsb. Namun, anak itu tak pernah sedikitpun memikirkan tentang ibunya. Dia hanya sibuk bersenang-senang dengan teman-temannya.

Waktu pun terus berjalan hingga sang putri akan memasuki masa menikahnya. Sang putri pun tinggal bersama suaminya di luar kota dan meninggalkan ibunya. Setelah setahun menikah, sang putri pun akhirnya dikaruniai seorang anak. Waktu terus berjalan, hingga suatu ketika sang ayah menelpon putrinya tersebut. Dia mengatakan bahwa ibunya sakit dan meminta sang putri pulang. Sang putri pun bergegas ke stasiun. Saat dia di kereta, putri tersebut teringat akan masa-masa dia kecil bersama ibunya, remaja, dan sampai hari ini.

Sesampainya di rumah, dia langsung menuju ibunya. Sang ibu pun tetap memancarkan senyumnya yang paling tulus itu. Putri tersebut menghabiskan waktunya dengan sang ibu. Hingga malam tiba, sang ibu mulai merasa sesak nafas. Sang ibu meminta putrinya untuk membuatkannya segelas susu hangat. Namun sang putri menolak membuatkan dengan alasan dia capek dan lelah setelah perjalanan. Dia berjanji pada ibunya akan membuatkannya besok pagi. Keesokan paginya, ia langsung membuatkan ibunya segelas susu hangat sesuai dengan janjinya.

Namun, begitu ia akan memberikan susu itu ke ibunya, betapa kagetnya dia menemukan ibunya sudah tidak bernafas lagi. Sang putri pun menyesal sebesar-besarnya karena tidak bisa mengabulkan permintaan terakhir ibunya. Sang putri pun bersedih dan menyesal, "Seandainya aku membuat susu itu, pasti ibuku takkan seperti ini." dia pun menangis menyesali perbuatannya namun tak ada lagi yang bisa dilakukan.

Pesan : Lakukanlah apa yang bisa kita lakukan sekarang dan jangan tunda-tunda itu. Kita tidak pernah tahu apakah besok kita akan tetap hidup, atau akan tetap seperti ini, kita tidak pernah tahu itu. Yang penting adalah lakukanlah hal terbaik yang bisa kita lakukan sekarang juga. 1 detik itu sangat berharga dan karena 1 detik itu pula bisa merubah segalanya. 




Read more...

Thursday, 13 January 2011

Bib dan Bob

Alkisah di suatu tempat  hiduplah 2 orang anak laki-laki, Bib dan Bob, yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah lembah itu, terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah, Bib dan Bob berjalan bersama. Uniknya, di kiri dan kanan jalan itu terdapat banyak lolipop dengan beraneka rasa dan warna. Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan kecil Bib dan Bob untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.

Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil. Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak di depannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut, tapi seoertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis. Maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya.

Tanpa terasa, Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan". Itulah batas akhir lembah permen lolipop. Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar . Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat." Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi. ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga.

Ia telah berjalan dengan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa beat di dalam tas karungnya. Tapi ada satu hal yang membuatnya terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu, "Permennya lupa saya makan!"

Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. "Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali. Saya memanggil-manggil kamu, tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya." "Kenapa kamu memanggil saya?" Tanya Bob. "Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama. Rasanya lezat sekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali! Lalu tadi ada seorang kakek tua yang kelelahan. saya temani dia berjalan. saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama," Bib menambahkan.

Mendengar cerita Bib, Bob betapa banyak hal yang telah ia lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu. Tapi ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya.

Pada akhir perjalannya, Bob menyadari suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "perjalanan ini bukan tentang berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan, tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan bahagia." ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali." Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob harus melanjutkan kembali perjalannya.

Pesan : Dari cerita ini, kita bisa belajar dan bahkan banyak dari kita yang hidup seperti Bob, yakni kita hanya sibuk mengumpulkan ilmu, atau mengumpulkan kekayaan, atau hanya bermalas-malasan, tanpa kita pernah sesekali mencoba membagi dan menikmati apa yang kita punya walapun hanya sedikit. 


Waktu berlalu dengan sangat cepatnya tanpa pernah kita sadari. Kita pasti sering merasa, "perasaan baru kemarin saya lulus sma sekarang sudah harus cari kerja dan sebagainya." Oleh karena waktu yang berjalan dengan sangat cepatnya, alangkah baiknya jika kita mau berhenti sejenak untuk menimati dan membagi kebahagiaan itu seperti Bib. 




Read more...

Kisah seorang bayi dengan tuhan

Cerita ini hanyalah karangan atau fiksi. Namun bukan ceritanya yang saya tekankan namun maknanya.

Suatu ketika, di khayangan, seorang bayi akan diturunkan untuk dilahirkan ke bumi.

Sebelum diturunkan ke bumi, sang bayi pun bertanya kepada tuhan, "Tuhan, di surga ini begitu banyak nyanyian dan hiburan yang membuat bahagia. Apakah di bumi juga ada nyanyian dan hiburan seperti di surga?" Lalu tuhan pun menjawab, "Tenang saja, di bumi aku sudah menitipkanmu pada seorang malaikat yang kelak akan menyanyikan lagu-lagu untukmu dan menghiburmu."

Lalu bayi itu pun bertanya lagi, "tuhan, di surga apabila kita lapar dan haus, kita tidak perlu sulit untuk mendapatkan makanan. Apakah di bumi kita juga akan mendapat makanan dan minuman seperti di surga?" Lalu tuhan pun menjawab, Tenang saja, di bumi malaikatmu kelak akan memberimu makan dan minum yang cukup, bahkan ia rela tidak makan asal kau bisa makan cukup.

Lalu bayi itu pun bertanya lagi, "tuhan, kudengar di bumi itu panas tidak seperti di surga yang dingin." Lalu tuhan pun menjawab, "Tenang saja, malaikatmu kelak akan menjagamu dari panasnya matahari." Lalu bayi itu pun bertanya lagi, kudengar di bumi banyak orang jahat, apakah aku akan aman jika aku turun ke bumi nanti?" Lalu tuhan pun menjawab, "Tenang saja, malaikatmu itu akan melindungimu dari semua orang jahat. Di detik-detik sebelum bayi itu turun ke bumi, bayi itu pun bertanya, aku harus memanggil malaikatmu itu apa?" Lalu tuhan pun menjawab, "kamu dapat memanggilnya dengan sebutan "IBU" ".

Pesan : Ibu maupun ayah, adalah orang yang paling berjasa dalam hidup kita dan orang pertama yang akan datang saat kita sulit. Mereka rela tidak makan asalakan kita bisa cukup makan. Namun, pernahkah sesekali kita berpikir tentang mereka? Menyesal kemudian tiada guna. Selama orang tua kita masih hidup, sayangilah mereka, dan berbaktilah kepada mereka. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok dan kapan orang tua kita atau bisa saja kita menghembuskan nafas yang terakhir.

Kata Mutiara :
Ada 2 hal yang tidak bisa ditunda dalam hidup ini,
1. Berbuat baik
2. Berbakti kepada orang tua
(~Master Cheng Yen)


Read more...

Wednesday, 12 January 2011

Gelas Bocor

Ini adalah sebuah cerita singkat yang memiliki makna yang cukup dalam bila kita mau untuk menelusurimya. Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pangeran dari sebuah kerajaan besar di tiongkok. Sang pangeran muda dikenal sebagai sosok yang sangat sombong, arogant, egois, dan semua kebiasaan buruknya. Ayah dan ibu pangeran sudah sering menasihati pangeran untuk mengubah perilaku buruknya, namun tetap saja pangeran tidak menggubrisnya, dan tetap memelihara kebiasaan lamanya.

Suatu ketika, atas saran dari penasihat raja, raja meminta pangeran pergi mengunjungi seorang guru bijak yang tinggi di pelosok negeri itu. Raja sangat berharap, sang guru dapat menyembuhkan penyakit pangeran yang sudah sampai tahap kronis.

Guru bijak ini sangat terkenal di seluruh penjuru negeri. Bahkan para nyamuk pun terpukau dengan nasihat-nasihat yang diberikan guru bijak ini kepada pasien yang berkunjung. Motivasi yang diberikan sang guru bukanlah sembarang motivasi, tapi motivasi yang bisa membakar seseorang yang putus asa menjadi percaya diri.

Pangeran akan diberikan hadiah menarik apabila bersedia mngunjungi sang guru untuk belajar kepadanya. Setelah dibujuk dan diimingi berbagai hadiah menarik, akhirnya pangeran setuju untuk berkunjung ke rumah sang guru.

Setelah menempuh perjalanan selama 3 hari, sampailah pangeran di pondok sang guru. Tanpa permisi, pangeran langsung masuk ke dalam pondok. Di dalam, tampak sang guru sedang duduk bersila menikmati secangkir teh hangat. Dengan ramah, sang guru mempersilahkan pangeran muda untuk duduk dan menikmati teh. Setelah duduk, dengan angkuhnya pangeran bertanya kepada sang guru, "Hei, pak tua apa yang bisa kau ajarkan padaku? Aku adalah pangeran yang pintar dan cerdas, aku rasa kau tidak bisa menandingi kepandaianku!"

Sang guru tetap tenang dan menikmati teh hangatnya. Kemudian sang guru berkata kepada pangeran, "Baiklah aku akan mengajarkan satu hal tentang kerendahan hati kepadamu." Sang guru menuangkan teh panas ke dalam cangkir kosong yang berada di depan pangeran. Setengah, lalu satu cangkir telah penuh terisi, namun sang guru terus menuangkan teh ke dalam cangkir yang sudah penuh itu. Tuang terus, terus, terus ... Hingga teh itu luber dan membasahi meja dan tangan pangeran.

"Hei, stop! Jangan tuang lagi tehnya, cangkirnya sudah penuh!" Selanjutnya,kata-kata dari sang guru seakan menghantam pangeran muda ini. Sang guru mengatakan, "cangkir penuh ini melambangkan anda, Pangeran. Ketika anda merasa cangkir anda telah penuh terisi, maka kata-kata apa pun yang saya ajarkan tidak akan berguna, karena anda tidak membuka diri untuk belajar."

Wajah pangeran muda mendadak jadi merah karena malu. Seakan tamparan keras menghantam pipi kiri dan kananya. Selanjutnya sang guru berkata lagi, "jika memang anda ingin belajar, marilah anda mengosongkan cangkir yang ada di pikiran anda, supaya kita dapat sama-sama belajar." Pangeran mengangguk tanda setuju.

Pesan : Segala sesuatu bisa menjadi guru kita, apabila kita dengan rendah hati mencoba menjadi murid yang baik bagi siapapun. Kita bisa belajar dari siapapun, kapan pun, dan dimana pun. Guru-guru tidak harus orang yang lebih tua, lebih bijak, ataupun orang-orang yang lebih sukses dari kita. Akan tetapi, semua makhluk, bahkan benda mati bisa menjadi guru kita.

Kata Mutiara : "When you stop learning, you stop growing and begin dying" ~Ancient Proverb
(Ketika anda berhenti belajar, anda berhenti bekembang dan memulai kematian)

Maka dari itu, jangan pernah berhenti untuk belajar :D


Read more...

Cerita tentang ember

Tatkala di suatu desa, hiduplah seorang petani. Setiap hari, ia selalu mengangkut air dari gunung hingga ke sawahnya dengan 2 buah ember yang dipikulnya. Semua berlangsung baik, sampai suatu ketika kecelakaan terjadi. Petani yang kelelahan itu, tidak sengaja menginjak sebuah lubang yang ada di sisi kirinya. Sehingga ia pun terjatuh beserta dengan embernya. Kecelakaan itu pun membuat ember yang sebelah kiri menjadi bocor. Setelah kejadian itu, ember kiri pun bersedih karena bocornya. petani menjadi rugi karena setengah dari airnya pasti jatuh dan tidak bisa dibawa ke sawah. Sampai suatu ketika, ember kiri pun menjdai sedih dan murung setiap harinya. Sampai suatu ketika, si petani melihat raut kesedihan dar isi ember kiri itu. Lalu si petani bertanya kepada si ember, "wahai ember, mengapa akhir-akhir ini kulihat wajahmu murung terus?" Lalu si ember pun menjawab, "Aku sedih karena aku tidak bisa memberikan yang terbaik untukmu. Karena kecacatanku, kamu pasti rugi karena setengah dari air yang kubawa pasti akan tumpah dan tidak terbawa ke sawah." Lalu petani itu pun menjawab, "baiklah besok saat kita mengambil air akan kutunjukan sesuatu padamu." Keesokan harinya, saat mereka turun gunung, si petani menyuruh si ember kiri untuk melihat ke arah jalan. Petani itu pun berkata, "wahai ember, apakah kau melihat tanaman yang tumbuh di sisi jalan?" Lalu si ember pun menjawab, "Iya aku melihatnya. Namun, mengapa yang tumbuh hanya di sisi kiri saja?" Lalu si petani itu pun menjawab lagi, "Tanaman itu bisa tumbuh karena dirimu. Tahukah kamu bahwa selama ini aku menaruh bibit bunga di sebelah kiri jalan. Air yang tumpah darimu itu telah mengairi tanaman itu sehingga bisa tumbuh."

Pesan : Bersyukurlah atas apa yang sudah kita punya sekarang ini, karena masih banyak orang yang jauh lebih bawah dibanding kita. Selain itu, janganlah menggap remeh pada kekurangan kita maupun kekurangan orang lain. Karena dari kekurangan itu, kita bisa mengambil hikmah dan manfaat yang kita tidak pernah tahu itu.


Read more...

Anak kecil dan Pohon Apel

Suatu ketika, hiduplah seorang anak kecil dan  sebuah pohon apel yang sangat besar. Setiap harinya, anak kecil itu selalu saja bermain dengan pohon apel itu. Anak kecil itu selalu memanjat pohon itu, bersenang-senang, dan setelah anak itu lelah, ia selalu tidur di bawah pohon apel yang rindang itu, begitu pula bila hujan, anak itu pasti akan berteduh di bawah pohon apel itu. Waktu berlalu hingga anak itu tumbuh remaja. Dia jadi semakin jarang bermain dengan pohon itu, dan jadi lebih sering menghabiskan waktu dengan teman-temannya serta pacarnya. Anak itu menjadi semakin lupa denga pohon apel itu. Hingga suatu ketika ia kembali lagi ke pohon apel itu. Pohon apel itu seraya mengajak anak itu beermain lagi dengannya. Namun anak itu menjawab demikian, "aku sudah dewasa, tidak layak lagi bermain seperti anak kecil. Saat ini aku tidak punya uang, sementara aku ingin membayari pacarku." Pohon apel pun menjawab, "Aku pun juga tidak memiliki uang. Namun, kamu bisa memetik seluruh apel di pohonku dan menjualnya untuk mendapat uang." Lalu anak itu mengambil seluruh apel itu dan menjualnya ke pasar. Anak itu pun dapat bersenang-senang dengan pacarnya dan ia pun tidak pernah kembali lagi ke pohon apel itu. Sampai suatu ketika, anak itu kembali lagi ke pohon apl itu. Pohon apel pun kembali mengajak anak itu bermain. Namun, anak itu pun menjawab demikian, "aku sudah dewasa, tidak layak lagi bermain seperti anak kecil. Saat ini aku ingin menikah, sedangakan aku tidak memiliki rumah untuk aku dan istriku tinggal. Lalu pohon itu pun menjawab, "Aku pun juga tidak memiliki rumah. Namun, kamu bisa mengambil seluruh kayu di pohonku untuk kau buat jadi rumah. Lalu anak itu pun mengambil seluruh kayu dari pohon itu dan membuat rumah untuk dia dan istrinya tinggal. Setalah itu anak itu pun tidak pernah kembali lagi ke pohon itu. Sampai suatu ketika, anak itu pun kembali lagi. Pohon itu pun langsung menjawab, "aku tidak memiliki buah lagi untuk kau makan, aku juga sudah tidak memiliki batang untuk kau panjat dan kau tebang. Yang kupunya sekarang hanyalah akar tua untuk tempat berbaring." Anak itu pun menjawab, "Aku pun juga sudah tidak memiliki gigi untuk memakan semua apelmu. Aku sudah tidak memiliki tulang yang kuat untuk memanjat dan menebang seluruh batangmu. yang kubutuhkan sekarang hanyalah akar untuk tempat berbaring." Anak itu pun berbaring di akar pohon tersebut.

Pesan : Pohon itu adalah orang tua kita, yang pada saat kecil kita selalu bermain dengannya. saat kita remaja, kita seakan melupakannya dan hanya datang saat kita membutuhkan. Saat dewasa bahkan kita meninggalkan dan menelantarkan orang tua kita karena kita sibuk dengan urusan keluarga kita. namun, pernahkah kau berpikir bahwa orang tua mu akan selalu mengkhawatirkanmu meskipun kau sudah berkeluarga sekalipun. dan memang begitulah kenyataannya.


Read more...

Kisah cinta yang menyedihkan

Disini, aku hanya bisa terdiam meratapi kisahku yang harus berakhir seperti ini tanpa pernah kutebak jalan hidupku harus berakhir seperti ini. Sekilas, namaku Hani. Saat ini aku berusia 50 tahun. Suamiku berusia 10 tahun lebih tua dariku, namanya pak Darmi. Kami tinggal di sebuah kampung kecil di daerah Sumatra. Awalnya hubungan kami berjalan dengan sangat baik dan indah. Semua itu dapat terjadi karena kami saling menutupi kekurangan kami masing-masing. Sampai pada akhirnya, kami pun menikah. Setelah menikah, hubungan kami pun makin lama tidaklah lagi seperti saat pertama kami bertemu. Barulah mulai kuketahui semua kebiasaan buruknya. Ternyata, suamiku adalah seorang penjudi, pemabuk, perokok, dan ia suka sekali mendekati banyak perempuan muda walaupun usianya yang sudah berumur. Selain itu, dia juga sangat jorok sekali. Kerjanya hanya mengotorkan rumah. Sedangkan aku, yang sedari kecil dididik dengan sangat keras oleh ayahku. Sampai suatu ketika, aku mengandung seorang anak. Semenjak aku mengandung, suamiku menjadi semakin kasar padaku. Tiap hari, ia selalu memukulku. Aku ingin sekali melawan, namun tak ada yang bisa kulakukan. Kejadian itu terus berlanjut, sampai aku melahirkan anak pertamaku. Aku sangat bahagia ketika anak pertamaku lahir, namun tidak dengan suamiku. Dia terlihat biasa saja. Saat anakku mulai besar, dia bahkan tidak pernah sekalipun menanyakan kabar anaknya. Waktu demi waktu pun berlalu, aku mulai semakin tua dan mulai memiliki banyak anak. Jumlah anakku sekarang berjumlah 7 anak. Aku pun mulai merasa, anak pertamaku lah yang akan merubah nasib hidup seluruh keluargaku yang saat ini pas-pasan. Aku menghidupi dan menyekolahkan ketujuh anakku dengan hasil yang kudapat dari berjualan mie ayam keliling. tak terasa, anak pertamaku sudah memasuki bangku sma. ia pun juga mendapat beasiswa untuk pergi ke luar negeri. namun aku melarangnya karena aku masih khawatir bila ia terkena salah peergaulan . Maka itu, aku hanya mengijinkan dia ke luar kota saja. Ia pun memulai perjalanan jauhnya. dia mulai belajar banyak sekali hal.


Aku yakin dia pasti akan merubah nasib seluruh keluargaku. Sampai akhirnya, ia diterima di salah satu universitas besar di jakarta. Padahal ia adalah anak yang sangat pintar. Namun sayang, ia harus membagi waktunya untuk bekerja, sehingga prestasinya tidak bisa semaksimal yang ia bisa. Setelah ia lulus kuliah ia pun melamar pekerjaan di salah satu pabrik bahan kimia. Dia bekerja dari posisi yang cukup bawah samapi akhirnya dia pun berhasil diterima sebagai manager. setelah menjadi manager, ia pun teringat akan kampung halamannya. ia pun membawa aku, suamiku, serta seluruh adik-adiknya ke jakarta. Sesampainya di jakarta, anakku yang paling kecil barulah akan menginjak bangku SMA. Sehingga ia pun melanjutkan studinya di Jakarta. Setelah lulus dari bangku SMA, anak ku yang paling kecil diterima di salah satu universitas komputer terbesar di jakarta. Anak ku yang paling kecil bukanlah anak yang pintar seperti anakku yang pertama. Namun, aku melihat semangatnya itu yang berkobar sangat tinggi. Itulah yang membuatnya menjadi anak yang paling sukses diantara seluruh keluarga. Begitu pula, akhirnya seluruh anak ku pun menikah dan mereka tidak ada satu pun yang kekurangan secara materi bahkan hidup mereka bisa dibilang sangat lebih dari cukup. Bahkan dengan kesuksesan mereka, mereka tidak pernah melupakan kami sebagai orang tuanya. Aku sangat bersyukur memiliki anak-anak yang sukses dan berbakti seperti mereka. Sampai suatu ketika, suamiku didiagnosis oleh dokter menderita penyakit TBC karena kebiasaan merokoknya yang tidak pernah bisa berhenti sejak muda. Semenjak hari itu, hubunganku dengan suamiku menjadi semakin buruk. Jujur saja, aku menjad isemakin tidak berani mendekati suamiku sendiri karena penyakitnya itu. Setahun setelah itu, mataku terkena katarak dan aku harus dioperasi mata. Kemampuan melihat mataku pun mulai menurun. Untunglah aku memiliki anak-anak yang mampu dan sukses secara materi maupun rohani.


Pesan : Jalan hidup kita tidak pernah bisa ditebak. Kita tidak pernah tahu akan jadi apa kita di hari esok. Oleh karena itu, berusahalah untuk mengejar apa yang kita mau. dan jangan lupa, yang terpenting adalah rohani. Orang yang sukses tanpa jiwa yang bersih sama saja dengan 0 besar.


Read more...