Monday, 23 January 2012

Pangeran Bahagia

Suatu ketika, seekor burung walet akan bermigrasi ke mesir karena sebentar lagi, musin dingin akan tiba. Di tengah perjalanan, karena hari sudah malam, ia pun memutuskan untuk beristirahat di bawah sebuah patung emas. Burung itu pun merasa nyaman, karena bisa beristirahat di rumah yang terbuat dari emas. 


Namun, di saat burung itu sedang tertidur ia merasakan ada tetesan-tetesan air jatuh di kepalanya. Burung itu pun terbangun dan mencari sumber darimana air itu jatuh. Namun, burung itu tidak menemukan adanya tanda-tanda hujan. Betapa kagetnya burung itu melihat mata dari patung emas itu mengeluarkan air mata. 

Burung itu pun bertanya kepada patung emas tersebut, "Kenapa kamu menangis patung emas?" Patung emas itu pun menjawab, "Aku adalah pangeran Bahagia. Semasa aku hidup, aku tinggal di dalam istana dan tidak pernah merasakan apa itu kesedihan. Yang aku tahu, hidupku hanyalah bahagia dan bersenang-senang di dalam istana. Sampai saat aku meninggal, aku diletakkan di pusat kota ini. Disini, aku bisa melihat bagaimana kehidupan rakyatku selama ini. Meskipun hatiku terbuat dari baja, namun aku tetap dapat merasakan kesedihan." 

"Lalu apa yang bisa aku perbuat untuk membantumu pangeran Bahagia?" tanya si burung. Pangeran Bahagia menjawab, "di ujung jalan ini, terdapat seorang penjahit yang sangat miskin. Anaknya sakit keras, namun ia tidak bisa membelikan obat. Ia hanya bisa memberinya air sungai saja. Cabutlah berlian dari mataku ini dan berikan kepadanya. Aku tidak bisa bergerak, kakiku tertancap disini." Burung walet itu pun menjalankan tugasnya dengan baik. 

Burung walet itu pun kembali dan berkata kepada pangeran Bahagia, "aku sudah menjalankan tugasku. Aku akan melanjutkan perjalanan ku ke mesir. "Tunggu burung!" pinta pangeran Bahagia. "aku ingin meminta tolong sekali lagi. Di ujung timur sana ada seorang gadis kecil penjual korek api. Semua koreknya jatuh ke sungai dan belum terjual sama sekali. Jika ia pulang seperti ini, ayahnya akan mengusirnya dari rumah. Cabutlah berlian terakhir di mataku dan berikan ini kepadanya." Burung itu pun menjawab, "Bila kau berikan lagi matamu yang satu lagi, maka kau akan buta." Pangeran itu pun berkata lagi, " Tidak apa-apa burung kecil. Cepat berikan mataku kepadanya."  Burung itu pun kembali menjalankan tugasnya.

Burung itu pun kembali dan berkata, "pangeran, sekarang kau sudah buta. Aku akan menemanimu disini." Pangeran itu pun menjawab, "tidak burung. Kau harus segera ke Mesir bukan? Kau tidak perlu menemaniku disini. Biarlah aku sendirian." Burung itu pun berkata lagi, "tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri." Pangeran itu pun berkata lagi, "baiklah kalau begitu. Tolong aku lihat bagaimana keadaan kota sekarang dan laporkan padaku."

Burung pun kembali dan melaporkan kepada pangeran bahwa keadaan kota sekarang sangatlah miskin. Banyak pencurian dimana-mana, banyak rakyat kelaparan dan lainnya. Pangeran pun berkata kepada burung, "ambillah lapisan-lapisan emas dari tubuhku ini dan bagikan kepada rakyat-rakyat yang miskin." Burung itu pun kembali menjalankan tugasnya. 

Suatu ketika, disaat musim dingin telah tiba burung itu pun berkata kepada pangeran, "Pangeran, aku rasa sebentar lagi aku akan meninggalkanmu untuk selamanya. Aku sudah sangat lemah." Setelah mengucapkan kata-kata itu, burung itu pun terjatuh dan tidur untuk selama-lamanya tepat di antara kedua kaki pangeran Bahagia. 

Keesokan harinya, warga-warga pun berdiri memandangi patung pangeran bahagia. "Lihat patung ini, seluruh berliannya telah hilang. Warnanya pun kini tak lagi emas. Dan ada bangkai burugn pula di antara kedua kakinya. Lebih baik kita lebur saja patung ini." Mereka pun meleburkan patung pangeran Bahagia. Namun, ada satu bagian yang tidak bisa hancur sama sekali yaitu hatinya. 

Pesan : Tidak ada yang kekal di dunia ini. Raga suatu hari akan hancur seiring dengan waktu. Lapuk dan terendap di bawah tanah. Namun, Jasa kebaikan seseorang tidak akan pernah hancur dan akan selalu teringat di dalam ingatan setiap orang. 



No comments:

Post a Comment