Pada zaman dahulu kala, seorang raja ingin menikahkan putrinya dengan seorang laki-laki yang pantas. Raja lalu mengadakan sayembara bagi para laki-laki yang mampu mencuri sesuatu dari dalam istananya yang dijaga ketat, tanpa ketahuan oleh siapa pun. Pemenangnya berhak untuk menikahi putrinya.
Dalam kurun waktu yang ditentukan, banyak pemuda mengikuti sayembara ini dan menunjukkan kebolehannya. Mereka mengerahkan berbagai kepiawaian dan kesaktian untuk menerobos penjagaan ketat di istana.
Pada hari penentuan, para peserta dikumpulkan. Pemuda pertama dipanggil menghadap raja dan ditanya hasilnya. Ia menjawab, "Saya mencuri batu rubi ini dan tak seorang pun di istana yang mengetahuinya." Raja menjawab, "Bukan kamu pemenangnya!"
Pemuda kedua maju, "Semalam saya mengambil kereta kencana dan membawanya keluar gerbang, para penjaga saya buat terlelap semua, tak ada yang melihat saya." Raja mempersilahkan peserta itu duduk kembali.
Dengan mantap, peserta berikutnya menghadap, "Ampun paduka, sayalah yang mengamil mahkota paduka, dan seluruh barisan pertahanan istana tak ada yang menyadarinya." Raja menggeleng
Semua menjadi bingung, karena masih saja belum ada yang dinyatakan sebagai pemenang. Akhirnya, seorang pemuda menghadap dengan tangan kosong dan berkata, "Saya tidak mendapatkan apapun." Raja bertanya, "Mengapa begitu?" Pemuda tersebut menjawab, "Sungguh tidak mungkin kita bisa mencuri tanpa ketahuan oleh siapa pun, karena setidaknya selalu ada satu orang yang mengetahuinya, yaitu diri kita sendiri." Raja pun tertawa lebar dan menyambut sang menantu barunya.
Pesan : Dalam hidup kita, kita sering kali melupakan bahwa diri kita selalu mengetahui segala apapun yang kita perbuat, baik itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Oleh karena itu, disaat kita ingin berbuat buruk, kembangkanlah rasa malu untuk berbuat jahat dan rasa takut akan akibat yang akan kita peroleh. Karena ingatlah, diri kita adalah saksi dari setiap perbuatan kita.
No comments:
Post a Comment