Monday, 23 January 2012

Kau dan Aku

Ingatanku sejak dulu memang kurang baik. Dan kini ingatanku semakin kabur karena perjalanan waktu. Tapi kukira ada hal-hal yang masih tersimpan dalam begitu baik di kepalaku. Itu masa-masa paling bahagia dalam hidupku. Kita masih sangat muda waktu itu.


Usiamu masih sangat muda. Sekitar tiga tahun. Langkah kakimu masih goyah. Ketika berjalan selalu berjinjit-jinjit kecil. Kau suka berlari dan ayah ibumu ajan mengejarmu dengan panik. Kau juga masih sering merangkak. Kau akan mencolekku dan membangunkanku dari tidur. Aku paling malas kalau dibangunkan. Tapi, karena kau terus menggelitikku, aku pun bangun dan dengan manja naik ke pangkuanmu. Aku ingat kau seorang yang takut geli setiap kali aku memanjat pahamu. Aku sering melihatmu tertawa kegelian dengan air liur menetes dari bibir mungilmu yang merah berkilau.

Ketika kau mulai bersekolah, aku dengan setia menunggumu. Sungguh bosan rasanya di rumah tanpa kau yang selalu bermain bersamaku. Aku sering tertidur ketika menunggumu. Tapi kemudian, aku hafal dengan jadwalmu. Aku bisa merasakan kehadiranmu 5 menit sebelum kedatanganmu. Dan aku akan segera menerjang ke arahmu ketika kaki pertamamu menginjak tanah. Terkadang aku melompat ke dalam mobil sebelum kau sempat turun. 

Kau punya seperangkat alat masak-masakan. Terkadang aku menemanimu bermain. Sampai suatu hari, aku merusak perangkat masak-masakanmu dan kau menangis tanpa henti. Aku merasa sangat bersalah, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Kau baru tersenyum lagi setelah ibumu membelikan satu perangkat baru. Tapi sejak saat itu, kau enggan mengajakku bermain lagi. 

Kita juga sering berjalan-jalan bersama di sekitar kompleks. Terkadang lomba lari sampai kejar-kejaran. Masa-masa itu sungguh menyenangkan. Aku masih ingat saat suatu ketika,  beberapa anak nakal menganggumu. Aku sangat marah. Aku menggemeretakkan gigiku dan sorot mataku berubah garang. Aku sempat mengejar mereka hingga beberapa meter sebelum aku memanggilku. Aku sangat marah bila ada yang mencoba menyakitimu. 

Terkadang kau kesepian karena ayah ibumu pergi. Kau anak satu-satunya, dan hanya ada aku dan pembantu yang menemanimu. 

Masa-masa saat kau masih kecil dipenuhi dengan keriangan kita berdua. Tapi waktu tersu berjalan hinga tidak terasa kau mulai tumbuh remaja dan waktu kebersamaan ktia semakin berkurang. Terkadang kau habiskan waktu seharian mengurung diri di dalam kamar menonton televisi. Kau juga sering keluyuran dengan teman-temanmu. Jika kau akhirnya membawaku jalan-jalan, itu kau lakukan dengan berat hati karena ibumu memaksa. 

Aku sadar aku hanyalah menjadi beban bagimu. Kau tidak lagi suka menghabiskan waktu bersamaku. Aku juga semakin letih dan lemah. Aku sudah tua. Lebih baik bila aku sendirian saja. Aku sudah cukup bahagia bila melihatmu baik-baik saja. 

Aku hanya seekor anjing dan kau manusia. Tapi kurasa, persahabatan kita dulunya murni karena saling suka. Jika kau bisa melupakanm masa kecilmu yang ceria ketika bermain bersamaku, maka jujur saja, aku tak bisa. Duniaku terasa berharga karena pernah begitu bahagia oleh keberadaanku. 

Aku menyaksikanmu tumbuh. Tapi aku sangsi kau akan menyadari kematianku. Aku seekor anjing dan kau manusia. Kita tidaklah sama. Dunia kita berbeda. Ternyata hal itu menjadi jurang pemisah diantara kita. 

Pesan : Hargailah orang-orang yang pernah berusaha membuatmu bahagia. Sehina dan sejelek apapun seseorang itu, dia pernah berusaha untuk membantumu dan membuat dirimu lebih bahagia. Jangan pernah lupakan jasa-jasa orang tersebut dan jangan pernah malu untuk mengakuinya. 



No comments:

Post a Comment