Saturday, 28 January 2012

Empat Istri

Pada zaman dahulu, ada seorang jutawan kaya yang memiliki empat orang istri. Dia paling mencintai istri ke-4 nya dan memanjakannya dengan berbagai fasilitas hidup yang mewah. Dia sangat penuh perhatian terhadap istri ke-4 dan selalu memberinya yang terbaik. 

Dia juga sangat mencintai istri ke-3 nya. Dia sangat membanggakannya dan selalu ingin memerkannya kepada teman-temannya. Namun demikian, jutawan ini sangat khawatir kalau istri ke-3 ini kabur dengan laki-laki lain. 

Dia juga mencintai istri ke-2 nya. Istri ke-2 ini adalah perempuan yang penuh pengeritan, penyabar, dan menjadi sandaran jutawan itu. Bila jutawan ini sedang menghadapi masalah, istri ke-2 selalau datang dan membantunya memberikan jalan keluar dari masalahnya.

Istri pertama adalah perempuan yang sangat setia dan telah berjasa besar dalam menjaga kekayaan dan kejayaan sang suami, serta mengurus rumah tangga mereka. Namun demikian, sang pedagang kurang mencintai istri pertamanya dan jarang memerhatikannya. 

Suatu hari, jutawan ini jatuh sakit dan tak lama lagi dia akan segera pergi dari dunia ini. Dia teringat kehidupan mewah yang telah dijalaninya dan merenung, "disini aku punya empat istri yang mencintaiku, tapi kalau aku mati aku akan sendirian. Aku akan kesepian!"

Dia lalu memanggil istri ke-4, "aku paling mencintaimu, melimpahimu dengan busana terbaik, dan mencurahkan perhatian besar kepadamu. Sebentar lagi aku akan mati, maukah kamu pergi bersamaku?" Istri ke-4 menjawab, "mana bisa!" Istri ke-4 langsung meninggalkan jutawan itu. Jawaban itu telah menghancurkan hati sang jutawan. 

Sang jutawan pun kecewa, lalu memanggil dan bertanya kepada istri ke-3 nya, "aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku, tapi aku akan mati, maukah kau pergi bersamaku?" Istri ke-3 pun menjawab, "Enak aja! Hidup itu begitu nikmat! Aku akan menikah lagi." mendengar jawaban istri ke-3, hati sang jutawan pun runtuh. 

Dengan sedih, dia bertanya kepada istri ke-2, "aku selalu berpaling padamu dan kamu selalu menolongku. Sekarang aku butuh pertolonganmu lagi. Kalau aku mati, maukah kamu pergi bersamaku?" Istri kedua menjawab, "maaf sayang, kali ini aku tidak sanggup menolongmu. Paling, aku hanya bisa mengantarmu ke pemakaman dan mengurus semuanya." Sekali lagi, jawaban istri kedua membuat hati sang jutawan hancur berantakan. 

Tiba-tiba, di tengah kepedihan hatinya, terdengarlah suara parau, "jangan khawatir sayang. Aku akan ikut kemanapun kamu pergi." Sang jutawan membuka matanya dan tampaklah paras istri pertamanya. Ia begitu kurus, lemah, dan tampak kurang gizi. Sang pedagang tersentuh, "Seharusnya aku memperhatikanmu selagi aku bisa!" 

Pesan : Yang ingin saya pesankan disini bukanlah belajar untuk setia atau mencintai atau apalah. Tapi yang ingin saya tekankan disini adalah istri ke-4 bagaikan tubuh jasmani kita. Tak pedulu seberapa lama dan seberapa besar usaha kita untuk merupawankan dan mendandani tubuh, tubuh tidak akan pergi bersama kita saat mati. Mana bisa? 

Istri ke-3 ibarat harta dan tahta kita. Ketika kita mati, tidakkah mereka pergi menjadi milik orang lain? Orang lain akan mengambil alih jabatan kita!

Istri ke-2 ibarat keluarga dan kawan kita. Tak peduli betapa baiknya mereka semasa kita hidup, paling mereka hanya bisa mengantar kita ke pemakaman. 

Istri pertama, diibaratkan sebagai perbuatan baik kita, yang sering kita abaikan sepanjang waktu dalam pengejaran kesenangan materi dan indrawi. Padahal, hanya inilah satu-satunya yang terus bersama kita kemanapun kita pergi.

Oleh karena itu jangan terlambat untuk melakuakn perbuatan baik. Karena ketika ajal datang kita hanya bisa berkata, Harusnya aku memperhatikanmu selagi aku bisa!"



Read more...

Friday, 27 January 2012

Mencuri tanpa ketahuan

Pada zaman dahulu kala, seorang raja ingin menikahkan putrinya dengan seorang laki-laki yang pantas. Raja lalu mengadakan sayembara bagi para laki-laki yang mampu mencuri sesuatu dari dalam istananya yang dijaga ketat, tanpa ketahuan oleh siapa pun. Pemenangnya berhak untuk menikahi putrinya.

Dalam kurun waktu yang ditentukan, banyak pemuda mengikuti sayembara ini dan menunjukkan kebolehannya. Mereka mengerahkan berbagai kepiawaian dan kesaktian untuk menerobos penjagaan ketat di istana. 

Pada hari penentuan, para peserta dikumpulkan. Pemuda pertama dipanggil menghadap raja dan ditanya hasilnya. Ia menjawab, "Saya mencuri batu rubi ini dan tak seorang pun di istana yang mengetahuinya." Raja menjawab, "Bukan kamu pemenangnya!"

Pemuda kedua maju, "Semalam saya mengambil kereta kencana dan membawanya keluar gerbang, para penjaga saya buat terlelap semua, tak ada yang melihat saya." Raja mempersilahkan peserta itu duduk kembali. 

Dengan mantap, peserta berikutnya menghadap, "Ampun paduka, sayalah yang mengamil mahkota paduka, dan seluruh barisan pertahanan istana tak ada yang menyadarinya." Raja menggeleng

Semua menjadi bingung, karena masih saja belum ada yang dinyatakan sebagai pemenang. Akhirnya, seorang pemuda menghadap dengan tangan kosong dan berkata, "Saya tidak mendapatkan apapun." Raja bertanya, "Mengapa begitu?" Pemuda tersebut menjawab, "Sungguh tidak mungkin kita bisa mencuri tanpa ketahuan oleh siapa pun, karena setidaknya selalu ada satu orang yang mengetahuinya, yaitu diri kita sendiri." Raja pun tertawa lebar dan menyambut sang menantu barunya.

Pesan : Dalam hidup kita, kita sering kali melupakan bahwa diri kita selalu mengetahui segala apapun yang kita perbuat, baik itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Oleh karena itu, disaat kita ingin berbuat buruk, kembangkanlah rasa malu untuk berbuat jahat dan rasa takut akan akibat yang akan kita peroleh. Karena ingatlah, diri kita adalah saksi dari setiap perbuatan kita. 




Read more...

Aku Mau Mama Pulang

Sebuah kisah nyata tentang seorang anak laki-laki bernama Zhang Da yang hidup si provinsi Zhejiang, Tiongkok. Anak ini baru saja berusia 10 tahun, namun dia bisa menghidupi dirinya sendiri dan mampu merawat dan membiayai ayahnya yang sakit keras.

Zhang Da ditinggal pergi oleh mamanya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dna karena suaminya yang sakit keras. Sejak saat itu, Zhang da hidup dengan seorang papa yang tak mampu bekerja, tak mampu berjalan, dan sakit-sakitan. Keadaan ini memaksanya untuk menggambil tanggung jawab yang sangat berat. 

Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuknya dan ayahnya, ia juga harus memikirkan biaya obat-obatan yang tidaklah murah. Setiap hari, dalam perjalanan ke sekolah, ia melewati sebuah hutan kecil. Ia makan daun, biji-bijian, dan buah-buahan yang ditemuinya. Kadaing ia memakan jamur ataupun rumput. Dari situ, ia belajar mengenai tumbuhan-tumbuhan mana saja yang bisa dikonsumsi. 

Sepulang sekolah, siang sampai sore biasanya ia bergabung dengan para tukang batu untuk memecahkan batu-batu besar. Upahnya sebagai pemecah batu, ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya. Dia menjalaninya selama lima tahun, namun badannya tetap sehat, segar, dan kuat. 

 Setiap harinya, Zhang Da merawat papanya dengan sangat baik. Ia memapah papanya ke kamar kecil, ia memandikan papanya, ia juga belanja seluruh kebutuhan sehari-hari untuknya dan papanya. Segala urusan papanya menjadi tugasnya sehari-hari.

Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang dibelinya. Bahkan, ia belajar dari seorang suster cara menyuntik sendiri papanya. Anak lain biasanya bermain menjadi dokter-dokteran, tetapi Zhang Da tidak melakukannya untuk main-main. 

Apa yang dilakukan Zhang Da memanglah sebuah perbuatan nekad. Namun, sejujurnya Zhang Da adalah anak yang berani, kreatif, dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang menerpanya. Tugas menyuntik itupun dilakukannya selama lima tahun, dan ia pun menjadi terampil dalam menyuntik. 

Suatu hari, para pejabat, artis, dan tokoh masyarakat yang kagum terhadap Zhang Da dan datang ke rumahnya untuk melihat bagaimana keadaan Zhang Da. Saat seorang reporter bertanya, "Zhang Da, bilang saja kamu mau minta apa, sekolah di mana, berapa uang yang kamu butuhkan, nanti kamu mau kuliah di mana, sebut saja! Saat ini ada ratusan juta orang yang sedang melihatmu melalui layar televisi. Mereka bisa menolongmu!"

Zhang Da terdiam, tidak mau menjawab apa-apa. Setelah beberapa detik membisuakhirnya dengan suara bergetar, Zhang Da pun menjawab, "Aku mau mama pulang. Mama, kembalilah ke rumah. Aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri. Mama pulanglah!"

Para penonton pun menitikkan air mata karena terharu. 

Pesan : Tidak ada yang tidak mungkin dalam kehidupan ini jika kita mau berjuang dan berusaha. Kebahagiaan dan segala yang kita inginkan, tidak datang dengan sendirinya hanya dengan kita meminta atuapun berdoa. Tapi, semua itu datang melalui bagaimana kita berusaha melawannya. 

Apabila kita punya semangat dan keinginan untuk berjuang, apapun bisa saja terjadi. Apapun bisa saja menjadi milik kita. Semua hanya tergantung dari mana kita akan memulai dan bagaimana usaha kita untuk mencapainya. 




Read more...

Tuesday, 24 January 2012

Ayah Pilih Kasih

Sejak kecil hingga dewasa, aku selalu mendapat pakaian bekas kakak laki-lakiku. Bagaimanapun, seorang gadis yang mengenakan pakaian kakaknya yang longgar dan usang, rasanya sangat janggal. Saat pulang sekolah, aku selalu berlengah-lengah jalan di belakang, takut kepergok teman-temanku yang akan mengejek dan menertawakanku. 

Kakakku seorang laki-laki cacat, lebih tua lima tahun dariku. Meski aku anak perempuan, aku sangat tekun belajar, setiap ujian aku selalu mendapat peringkat pertama. 

Seharusnya, akulah yang pantas disayang ayah. Karena hal ini, aku selalu tidak terima akan sikap ayah terhadapku. Saat tahun baru, lagi-lagi ayah membelikan pakaian baru untuk kakak, sedangkan aku tidak satu pun. Aku tak tahan lagi, melabrak ayah sambil berteriak, "Ayah pilih kasih! Aku benar-benar tidak mengerti. Ia hanya laki-laki cacat, apa bagusnya meski berpakaian bagus sekalipun?" Mendengar itu, bukan main marahnya ayah dan ia menamparku. 

Sejak itu, aku makin benci sama keluarga ini. Aku belajar dengan tekun dan berencana hendak meninggalkan keluarga ini setelah lulus ke perguruan tinggi. Abangku hanya sekolah beberapa tahun, setelah itu berhenti dan tinggal di rumah. 

Setelah lulus sma, aku diterima di sebuah lembaga ilmu kedokteran. Dua tahun kemudian,  aku menjalin asmara dengan seorang pria. Kami berunding untuk membeli rumah di daerah kota. Keluarga pacarku tinggal di desa, keadaan ekonomi mereka juga biasa-biasa saja. Kami telah menyimpan sebagian tabungan, tapi untuk kredit rumah masih kurang. Saat aku ingin meminjam uang kepada ayah, ayah malah berkata "uang tabungan keluarga dibutuhkan kakakmu untuk memperistri nanti." Perkataan ayah itu benar-benar membuatku kecewa.

Akhirnya aku pun menikah disusul dengan kakakku yang menikah dengan salah satu tetangga kami. Ayah mengeluarkan banyak uang untuk pernikahan kakakku dan dengan diselenggarakan dengan cukup mewah. 

Setelah menikah, aku jarang pulang ke rumah. Sampai suatu ketika, ayahku berulang tahun yang ke-60, ibu menelponku, tapi aku terus menolak dengan beralasan sibuk dan lainnya. Namun, karena suamiku memaksaku, akhirnya aku pun mengiyakan untuk datang ke acara itu. 

Sesampainya disana, aku memberi sedikit uang pada ayah. Namun, ayah berkata, "Kalian juga bukan keluarga berada. Simpan saja uang ini untuk kalian." Aku pun berkata dengan nada datar, "Iya, aku memang tidak memiliki apa-apa dan terus berjuang untuk memenuhi kebutuhanku sendiri. Tidak seperti kakak." Ayah pun menyadari maksud perkataanku dan tidak melanjutkan pembicaraan. 

Malamnya, aku tidur bersama ibu. Pada malam itu ibu mengatakan, "gadis manis, lain kali tidak boleh berkata begitu sama ayah." Aku pun menjawab, "Siapa suruh ayah pilih kasih!" Ibu pun berkata kembali, "Sayang tahukah kamu kenapa kaki kakakmu cacat?" Aku menggeleng. "Saat kamu masih anak-anak, suatu ketika ayah membawamu dan kakakmu menumpangi traktor di pekan raya. Namun, traktor itu terbalik di tengah jalan, dengan nalurinya ayah memelukmu dan meloncat keluar. Namun, ketika ayah kembali mencari kakakmu, kakinya sudah tertimpa roda traktor. Kakakmu pun langsung dibawa ke rumah sakit. Nyawanya memang selamat, tapi meninggalkan cacat seumur hidup. Ia merasa sangat bersalah karena tidak melindungi kalian dengan baik sekaligus. Ayah tidak mau menceritakan ini padamu, agar kelak kau tidak memikul beban yang berat" 

Air mata pun berlinang membasahi wajahku.

Pesan : Dalam kehidupan kita, banyak sekali hal yang terkadnag kita tidak ketahui. Namun, kita tidak pernah mencoba mencari tahu sumber permasalahan suatu hal dan kita lebih sering langsung menanggapi suatu hal tanpa tahu sebab na terlebih dahulu.

Sesal di kemudian tidaklah berguna. Itulah pepatah yang seringkali kita dengar. Oleh karena itu, pikirkan baik-baik apa yang akan kita lakukan. Apakah akan berguna kelak? Apakah akan menyakiti orang lain atau tidak? Karena menyesal pun tidak bisa merubah segala sesuatu yang telah terjadi 



Read more...

Monday, 23 January 2012

Kau dan Aku

Ingatanku sejak dulu memang kurang baik. Dan kini ingatanku semakin kabur karena perjalanan waktu. Tapi kukira ada hal-hal yang masih tersimpan dalam begitu baik di kepalaku. Itu masa-masa paling bahagia dalam hidupku. Kita masih sangat muda waktu itu.

Usiamu masih sangat muda. Sekitar tiga tahun. Langkah kakimu masih goyah. Ketika berjalan selalu berjinjit-jinjit kecil. Kau suka berlari dan ayah ibumu ajan mengejarmu dengan panik. Kau juga masih sering merangkak. Kau akan mencolekku dan membangunkanku dari tidur. Aku paling malas kalau dibangunkan. Tapi, karena kau terus menggelitikku, aku pun bangun dan dengan manja naik ke pangkuanmu. Aku ingat kau seorang yang takut geli setiap kali aku memanjat pahamu. Aku sering melihatmu tertawa kegelian dengan air liur menetes dari bibir mungilmu yang merah berkilau.

Ketika kau mulai bersekolah, aku dengan setia menunggumu. Sungguh bosan rasanya di rumah tanpa kau yang selalu bermain bersamaku. Aku sering tertidur ketika menunggumu. Tapi kemudian, aku hafal dengan jadwalmu. Aku bisa merasakan kehadiranmu 5 menit sebelum kedatanganmu. Dan aku akan segera menerjang ke arahmu ketika kaki pertamamu menginjak tanah. Terkadang aku melompat ke dalam mobil sebelum kau sempat turun. 

Kau punya seperangkat alat masak-masakan. Terkadang aku menemanimu bermain. Sampai suatu hari, aku merusak perangkat masak-masakanmu dan kau menangis tanpa henti. Aku merasa sangat bersalah, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Kau baru tersenyum lagi setelah ibumu membelikan satu perangkat baru. Tapi sejak saat itu, kau enggan mengajakku bermain lagi. 

Kita juga sering berjalan-jalan bersama di sekitar kompleks. Terkadang lomba lari sampai kejar-kejaran. Masa-masa itu sungguh menyenangkan. Aku masih ingat saat suatu ketika,  beberapa anak nakal menganggumu. Aku sangat marah. Aku menggemeretakkan gigiku dan sorot mataku berubah garang. Aku sempat mengejar mereka hingga beberapa meter sebelum aku memanggilku. Aku sangat marah bila ada yang mencoba menyakitimu. 

Terkadang kau kesepian karena ayah ibumu pergi. Kau anak satu-satunya, dan hanya ada aku dan pembantu yang menemanimu. 

Masa-masa saat kau masih kecil dipenuhi dengan keriangan kita berdua. Tapi waktu tersu berjalan hinga tidak terasa kau mulai tumbuh remaja dan waktu kebersamaan ktia semakin berkurang. Terkadang kau habiskan waktu seharian mengurung diri di dalam kamar menonton televisi. Kau juga sering keluyuran dengan teman-temanmu. Jika kau akhirnya membawaku jalan-jalan, itu kau lakukan dengan berat hati karena ibumu memaksa. 

Aku sadar aku hanyalah menjadi beban bagimu. Kau tidak lagi suka menghabiskan waktu bersamaku. Aku juga semakin letih dan lemah. Aku sudah tua. Lebih baik bila aku sendirian saja. Aku sudah cukup bahagia bila melihatmu baik-baik saja. 

Aku hanya seekor anjing dan kau manusia. Tapi kurasa, persahabatan kita dulunya murni karena saling suka. Jika kau bisa melupakanm masa kecilmu yang ceria ketika bermain bersamaku, maka jujur saja, aku tak bisa. Duniaku terasa berharga karena pernah begitu bahagia oleh keberadaanku. 

Aku menyaksikanmu tumbuh. Tapi aku sangsi kau akan menyadari kematianku. Aku seekor anjing dan kau manusia. Kita tidaklah sama. Dunia kita berbeda. Ternyata hal itu menjadi jurang pemisah diantara kita. 

Pesan : Hargailah orang-orang yang pernah berusaha membuatmu bahagia. Sehina dan sejelek apapun seseorang itu, dia pernah berusaha untuk membantumu dan membuat dirimu lebih bahagia. Jangan pernah lupakan jasa-jasa orang tersebut dan jangan pernah malu untuk mengakuinya. 




Read more...

Pangeran Bahagia

Suatu ketika, seekor burung walet akan bermigrasi ke mesir karena sebentar lagi, musin dingin akan tiba. Di tengah perjalanan, karena hari sudah malam, ia pun memutuskan untuk beristirahat di bawah sebuah patung emas. Burung itu pun merasa nyaman, karena bisa beristirahat di rumah yang terbuat dari emas. 

Namun, di saat burung itu sedang tertidur ia merasakan ada tetesan-tetesan air jatuh di kepalanya. Burung itu pun terbangun dan mencari sumber darimana air itu jatuh. Namun, burung itu tidak menemukan adanya tanda-tanda hujan. Betapa kagetnya burung itu melihat mata dari patung emas itu mengeluarkan air mata. 

Burung itu pun bertanya kepada patung emas tersebut, "Kenapa kamu menangis patung emas?" Patung emas itu pun menjawab, "Aku adalah pangeran Bahagia. Semasa aku hidup, aku tinggal di dalam istana dan tidak pernah merasakan apa itu kesedihan. Yang aku tahu, hidupku hanyalah bahagia dan bersenang-senang di dalam istana. Sampai saat aku meninggal, aku diletakkan di pusat kota ini. Disini, aku bisa melihat bagaimana kehidupan rakyatku selama ini. Meskipun hatiku terbuat dari baja, namun aku tetap dapat merasakan kesedihan." 

"Lalu apa yang bisa aku perbuat untuk membantumu pangeran Bahagia?" tanya si burung. Pangeran Bahagia menjawab, "di ujung jalan ini, terdapat seorang penjahit yang sangat miskin. Anaknya sakit keras, namun ia tidak bisa membelikan obat. Ia hanya bisa memberinya air sungai saja. Cabutlah berlian dari mataku ini dan berikan kepadanya. Aku tidak bisa bergerak, kakiku tertancap disini." Burung walet itu pun menjalankan tugasnya dengan baik. 

Burung walet itu pun kembali dan berkata kepada pangeran Bahagia, "aku sudah menjalankan tugasku. Aku akan melanjutkan perjalanan ku ke mesir. "Tunggu burung!" pinta pangeran Bahagia. "aku ingin meminta tolong sekali lagi. Di ujung timur sana ada seorang gadis kecil penjual korek api. Semua koreknya jatuh ke sungai dan belum terjual sama sekali. Jika ia pulang seperti ini, ayahnya akan mengusirnya dari rumah. Cabutlah berlian terakhir di mataku dan berikan ini kepadanya." Burung itu pun menjawab, "Bila kau berikan lagi matamu yang satu lagi, maka kau akan buta." Pangeran itu pun berkata lagi, " Tidak apa-apa burung kecil. Cepat berikan mataku kepadanya."  Burung itu pun kembali menjalankan tugasnya.

Burung itu pun kembali dan berkata, "pangeran, sekarang kau sudah buta. Aku akan menemanimu disini." Pangeran itu pun menjawab, "tidak burung. Kau harus segera ke Mesir bukan? Kau tidak perlu menemaniku disini. Biarlah aku sendirian." Burung itu pun berkata lagi, "tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri." Pangeran itu pun berkata lagi, "baiklah kalau begitu. Tolong aku lihat bagaimana keadaan kota sekarang dan laporkan padaku."

Burung pun kembali dan melaporkan kepada pangeran bahwa keadaan kota sekarang sangatlah miskin. Banyak pencurian dimana-mana, banyak rakyat kelaparan dan lainnya. Pangeran pun berkata kepada burung, "ambillah lapisan-lapisan emas dari tubuhku ini dan bagikan kepada rakyat-rakyat yang miskin." Burung itu pun kembali menjalankan tugasnya. 

Suatu ketika, disaat musim dingin telah tiba burung itu pun berkata kepada pangeran, "Pangeran, aku rasa sebentar lagi aku akan meninggalkanmu untuk selamanya. Aku sudah sangat lemah." Setelah mengucapkan kata-kata itu, burung itu pun terjatuh dan tidur untuk selama-lamanya tepat di antara kedua kaki pangeran Bahagia. 

Keesokan harinya, warga-warga pun berdiri memandangi patung pangeran bahagia. "Lihat patung ini, seluruh berliannya telah hilang. Warnanya pun kini tak lagi emas. Dan ada bangkai burugn pula di antara kedua kakinya. Lebih baik kita lebur saja patung ini." Mereka pun meleburkan patung pangeran Bahagia. Namun, ada satu bagian yang tidak bisa hancur sama sekali yaitu hatinya. 

Pesan : Tidak ada yang kekal di dunia ini. Raga suatu hari akan hancur seiring dengan waktu. Lapuk dan terendap di bawah tanah. Namun, Jasa kebaikan seseorang tidak akan pernah hancur dan akan selalu teringat di dalam ingatan setiap orang. 




Read more...