Sunday, 27 February 2011

Kemarahan bukanlah jalan segalanya

Di sebuah sudut kota, hiduplah seorang pemuda yang tinggal bersama ibunya. Ayahnya adalah seorang pembicara yang hebat. Anak ini hidup dalam kemewahan dan kesenangan. Setiap harinya, ia hanya pergi hang out bersama teman-temannya saja.

Sampai suatu ketika, Ayahnya akan melakukan talk show di kota tempat dia tinggal. Ayahnya menelpon anaknya ini untuk membawa mobilnya ke bengkel dan sampai di tempat talk show ayahyna pada pukul 5 sore. Ayahnya pun berpesan pada anaknya untuk jangan sampai telat. 

Anaknya ini pun bergegas membawa mobilnya ke bengkel. Saat menunggu mobilnya selesai, tepat di sebelah bengkel itu ada sebuah mall. Ia langsung ke mall itu dengan tujuan sambil menunggu mobilnya selesai. dia menuju ke bioskop. Saat di bioskop, ia melihat sebuha film yang sangat bagus dan ingin segera menontonnya. 

Dia pun menikmati film itu hingga selesai. Seusai menonton, alangkah terkejutnya ia melihat jam sudah menunjukan pukul 5 sore, ia bergegas ke bengkel dan menuju ke tempat ayahnya. Sesampainya di tempat ayahnya, jam sudah menunjukan pukul 6 sore dan ia melihat ayahnya sudah mencarinya sejak tadi. 

Lalu ayahnya menanyakan padanya kenapa ia bisa telat. Lalu sang pemuda menjawab kalau tadi di bengkel agak sedikit lama. Namun, sang pemuda tidak tahu kalau yahnya sudah menelpon ke bengkel sejak tadi. Lalu ayahnya bilang kepada anaknya, bagus yah ayah sepertinya tidak pernah mengajarimu untuk berbohong. Sepertinya selama ini yah salah mendidik kamu. Lalu sang anak pun sangat takut dimarahi oleh ayahnya. 

Lalu sang ayah bilang baiklah ayah akan pulang ke rumah dengan jalan kaki dan kau mengikuti ayah dari belakang dengan mobil sebagai hukuman karena ayah telah gagal mendidikmu. Selama 6 jam, sang anak melihat ay;ahnya yang bersusah payah berjalan kaki.

Lalu sang anak merenung, "Ayahku sangatlah hebat. Seandainya tadi ia memarahiku, mungkin aku akan dendam pada ayaku sendiri dan akan terus mengulangi kesalahan yang sama. Namun, hari ini ayah telah memberiku suatu pelajaran yang sangat berharga."

Pesan : Kemarahan bukanlah jalan untuk mnyelesaikan segala perkara. Dengan kemarahan, semua masalah tidak akan selesai. Namun dengan pikiran yang bijaksana lah maka segala masalah dapat terselesaikan dengan mudah. 

Saat kita dibenci atau dikasari oleh orang lain, janganlah membalasnya dengan kebencian dan kekasaran, namun balaslah dengan penuh cinta kasih dan kelembutan. 



Read more...

Kisah Seorang Ibu yang Buta

Suatu ketika, di suatu desa hiduplah seorang anak gadis yang sangat cantik. Gadis ini merupakan gadis tercantik di desanya. Dengan kecantikannya, dia bisa mendapatkan apa saja yang ia mau. Namun, ada sesuatu hal yang ia merasa kurang dari teman-temannya, yaitu ia memiliki seorang ibu yang buta dengan bekas jahitan yang berantakan di sekitar matanya membuat ibunya itu tampak sangat seram. 

Gadis itu merasa sangat malu memiliki ibu seperti itu. Bahkan gadis itu tidak mau mengakui ibunya itu sebagai ibunya. Ibunya merasa sangat sedih sekali. Namun, ibunya itu tahu akan kekurangannya dan dia pun juga tidak mau teralu dekat dengan anaknya saat berada di luar.

Sampai suatu ketika, ibunya berjualan di kantin sekolah tempat anaknya sekolah. Namun, gadis itu tetap tidak mau mengakui ibu itu sebagai ibunya. Gadis itu sampai bertekad kalau tidak mau mengakui dan bertemu dengan ibunya lagi. Benar saja, tekadnya itu terkabul. dia mendapat beasiswa untuk sekolah ke Singapura dan akan berpisah jauh dengan ibunya. 

gadis itu meneruskan pendidikannya di Singapura dan menikah dengan salah seorang lelaki di Singapura. Gadis itu sangatlah beruntung karena mendapatkan seorang suami yang sangat kaya. Hidup gadis itu kini sangatlah berkecukupan. Sampai akhirnya, gadis itu mendapat dua orang anak dari perkawinannya itu. 

Gadis itu hidup dengan sangat amat bahagia sampai suatu ketika ibunya mengunjunginya ke Singapura. Gadis itu sungguh sangat terkejut. Anak-anaknya pun langsung menjerit melihat wajah neneknya. Dengan spontan, gasi itu berkata kepada ibunya, "Wahai ibu tua, bisakah kau pergi jauh-jauh dari rumahku ini, Kau sudah menakuti kedua anakku." Dengan langkah tergopoh-gopoh berlinang air mata, sang ibu pergi dan kembali pulang ke kampungnya. 

Sampai suatu ketika, gadis itu pulang ke kampungnya dan mendengar berita bahwa ibunya telah meninggal dunia. Gadis itu pun menerima sepucuk surat dari ibunya yang bertuliskan, 

"Anakku maafkan ibu karena ibu telah membuatmu malu di hadapan teman-temanmu, maafkan ibu juga karena ibu tidak bisa membuatmu bangga, maafkan ibu telah menakut-nakuti cucuku sendiri saat aku berkunjung ke rumahmu di Singapura. Ibu sudah bersusah payah mengumpulkan uang selama 2 tahun demi pergi ke Singapura dan akhirnya ibu bisa pergi ke Singapura. Tapi kedatangan ibu sepertinya sia-sia. Dan ada satu hal yang kamu perlu tahu, dulu sewaktu kau masih kecil kau mengalami sebuah kecelakaan yang membuatmu buta dan ibu tidak tega melihatmu hidup dalam penderitaan maka ibu memberikan mataku untukmu agar kau bisa melihat indahnya dunia melalui mataku ini. 

Gadis itu dengan berlinang air mata merasa sangat menyesal, namun tak ada lagi yang bisa dilakukan. 

Pesan : Sayangilah ibu kita dan terimalah segala kekurangan yang dimiliki oleh ibu kita. Kita layaknya bersyukur memiliki seorang ibu yang telah rela bersusah payah melahirkan kita hingga bisa ada di dunia ini. Ingatlah dibalik 1000 kekurangan ibu kita, tersimpan sejuta kebajikan dan kasih sayang yang ia berikan kepada kita sejak kita lahir hingga sekarang


 

Read more...

Kisah Seorang Saudagar

Dahulu kala, di sebuah kota hiduplah seorang saudagar yang amat kaya. dia punya usaha yang sangat amat besar. Jabatannya pun tidak perlu diragukan lagi. Hidupnya selalu berkecukupan, bahkiksu an lebih dari cukup. Tetapi, saudagar ini memiliki sifat yang amat buruk. Saudagar ini amat sayang sekali dengan kedudukannya bahkan rela melakukan apa saja untuk mempertahankan kedudukannya.

Saudagar ini ternyata memiliki seorang guru spiritual. Seorang bhikkhu yang sangat amat hebat dengan 5x masa vassa. Bhikkhu itulah yang selalu memberinya nasihat, saran, dan petunjuk bila ia sedang terjatuh dan mengalami masalah. Gurunya ini sebenarnya tahu akan sifat buruk dari muridnya itu. Namun, sang guru tidak pernah berhasil mengubah sifat buruk saudagar tersebut. 

Sampai suatu ketika, datanglah pembeli yang amat sangat kaya dari negeri seberang. Pembeli ini mendatangi toko milik saudagar kaya tersebut. Pembeli ini bermaksud membeli 3 kantong gula yang 1 kantongnya harganya 8 ribu. Saudagar pun memberi tahu bahwa harganya 24 ribu. Namun, sang pembeli mengelak bahwa harganya 23 ribu. Lalu, sang saudagar bertanya pada pembelinya, "darimana harga 23 ribu itu?" lalu sang pembeli menjawab, "Iya. 8x3=23. Oleh karena itu harga seluruhnya 23 ribu. Lalu si saudagar berkata, "dasar kau bodoh. 8x3 itu 24. Kau tidak lulus sekolah yah?" Lalu sang pembeli menjawab, "Hei jangan asal bicara kau, aku ini lulusan luar negri. Kau yang tidak bisa menghitung. Baiklah begini saja, kita taruhan kalau aku salah maka kau boleh membunuhku, tapi kalau kau yang salah, kau harus melepaskan kedudukanmu."

Lalu dengan langkah percaya diri, sang saudagar pergi ke gurunya yang bijaksana. Lalu menanyakan akan soal itu ke gurunya. Sang saudagar pun bertanya, "Guru 8x3 sama dengan berapa?" Sang guru pun berpikir sejenak lalu menjawab, "8x3 itu sama dengan 23." Akhirnya dengan kecewa sang saudagar pergi dan melepas kedudukannya. 

Sesampainya di rumah, sang saudagar berpikir kalau aku salah telah berguru pada guru yang bodoh. Besok aku akan meninggalkannya. Keesokan harinya, dia pergi ke tempat gurunya dan pamit berkata bahwa ia ada urusan keluarga. Lalu sang guru menjawab, Baik, jangan lama-lama setelah itu cepat balik kemari dan jangan lupa kalau nanti hujan jangan berteduh di bawah pohon." Lalu sang murid berkata, baik guru aku pamit." Lalu sang guru menyampaikan pesan terakhirnya, "Oh iya, satu lagi jangan sampai kau membunuh makhluk apapun."

Lalu sang saudagar pun pergi. Di tengah perjalanan hujan deras turun. Ia hendak berteduh di bawah pohon. Namun, ia teringat akan pesan gurunya. Lalu ia berpikir, "Mungkin baiknya aku ikuti nasihatnya saja." Dan benar saja, setelah dia meninggalkan pohon itu, tiba-tiba petir menyambar pohon itu dan pohon itu tumbang. Dia amat bersyukur karena menuruti kata-kata gurunya.

Setelah itu, dia melanjutkan perjalanan. Sesampainya di rumah, ia langsung membuka kunci pintu dengan pedang yang ia bawa. Lalu ia pun bergegas menuju ke kamarnya dengan tujuan ingin menengok istrinya. Kamarnya sungguh gelap. Saat dia meraba ranjang, alangkah kagetnya dia. Dia meraba ada 3 orang yang tidur di ranjangnya. Dia pun emosi dan segera mengeluarkan pedangnya. Namun, ia teringat pesan gurunya untuk tidak membunuh. dia pun menghentikan niatnya. Ketika ia membuka selimut, alangkah kagetnya ia menemukan adik iparnya yang tidur disana. Ia bersyukur tidak membunuh adik iparnya sendiri.

Keesokan harinya, dengan segera ia kembali ke tempat gurunya. Dia bertanya pada gurunya, "guru, kenapa anda bisa tahu kalau saya akan tertimpah pohon jika saya berteduh di bawah pohon dan anda juga tahu kalau saya akan membunuh?" Lalu gurunya berkata, "saya tidak tahu. Saya hanya melihat udara sangat panas saat kau pergi, pasti setelah itu akan terjadi huja ndan biasanya saat hujan maka akan ada petir. Lalu soal membunuh, saya melihat saat kau pergi kau penuh dengan luapan emosi dan membawa sebuah pedang. oleh karena itu aku mnyarankanmu untuk tidak membunuh.

Pesan : Berpikirlah dahulu sebelum anda bertindak. Oleh karena itu, maka anda akan terbebas dari segala marabahaya. Selain itu, guru dalam cerita itu adalah bagaikan orang tua kita yang selalu menaasihati kita untuk melakukan yang terbaik meskipun belum tentu kita suka dengan cara mereka namun mereka memiliki maksud tertentu di balik semua pesannya. Oleh karena itu janganlah suka melawan dan membantah kata-kata orang tua. 



Read more...